Tatacara shalat subuh dilakukan sebanyak dua rakaat shalat. Jumlah rakaat ini tidak boleh ditambah ataupun dikurangi karena ini termasuk kedalam ibadah mahdah (murni) yang sudah ditetapkan caranya sesuai syariat.
Yang perlu kita ketahui bahwa gerakan dan bacaan shalat subuh itu ada yang hukumnya wajib (harus dilakukan) dan adapula hukumnya sunnah (boleh dilakukan dan boleh tidak). Dan shalat subuh itu dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Adapun proses idealnya harus dilakukan dengan berdiri tegap menghadap kiblat (ka’bah) namun apabila tidak sanggup berdiri misalnya dikarenakan sakit atau sudah tua, maka diperbolehkan duduk. Jika tidak mampu duduk, maka diperbolehkan shalat sambil berbaring.
Tatacara dan Bacaan Shalat Subuh
1. Niat sholat subuh (hukumnya wajib)
Niat sebuah amalan adanya di dalam hati dan hukumnya wajib namun persoalannya bagi sebagian orang tidak dikaruniai hati yang kuat. Hal ini terlihat dari munculnya rasa was-was sehingga menimbulkan keragu-raguan yang ujung-ujungnya shalatnya menjadi tidak khusyuk.
Oleh karena itu, sebagian ulama menyarankan atau menganjurkan mengucapkan lafadz niat untuk menguatkan atau memantapkan niat di dalam hati. Berikut redaksi niat shalat subuh.
Bacaan niat shalat subuh dalam bahasa Arab:
أُصَلِّي فَرْضَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لله تَعَالَى
Bacanya:
“Ushollii fardhoshubhi rok’ataini mustaqbilalqiblati adaa an (makmuuman/imaaman) lillaahi ta’ala”
Nah, yang perlu kita perhatikan bila kita shalat sendiri, maka bacaan yang ada di dalam tanda kurung tidak perlu dibaca. Bila kita shalat sebagai makmum, maka yang dibaca lafadz “makmuuman” sedangkan bila kita bertidak sebagai imam, maka yang dibaca yaitu lafadz “imaaman”.
Bacaan niat shalat subuh dalam bahasa Indonesia:
“Saya niat shalat subuh, dua rakaat, menghadap kiblat,
pada waktunya, (sebagai makmum/imam) karena Allah”
Lafadz niat shalat tidak harus berbahasa Arab tapi juga boleh pakai bahasa Indonesia atau bahasa daerah dan ini dilakukan sebelum shalat dimulai (diluar shalat).
Sebagian ulama terutama dalam mahzab syafi’i, lafadz niat diucapkan di dalam hati berbarengan dengan melakukan takbiratul ihram.
2. Takbiratul ihram (hukumnya wajib)
Tatacara shalat subuh dan shalat lainnya dimulai dari takbiratul ihram yaitu mengucapkan takbir “Allahu akbar!” sambil mengangkat kedua telapak tangan (jari dirapatkan atau direnggangkan sedikit serta lurus) ke arah depan.
Para ulama menjelaskan bahwa ada dua cara mengangkat telapak tangan saat takbiratul ihram.
a. Telapak tangan berada di atas bahu dan sejajar dengan bahu bila dilihat dari samping
Pada saat mengangkat tangan, pastikanlah ujung jempol tangan kanan sejajar dengan cuping telinga kanan sedangkan ujung jempol tangan kiri sejajar dengan cuping telinga kiri.
b. Telapak tangan berada di depan dada serta sejajar dengan bahu bila dilihat dari samping
Untuk lebih mudahnya lihat gambar di bawah ini.
Apabila shalat sendiri, maksimal suara takbir harus bisa didengar oleh telinga kita sendiri namun bila bertindak sebagai imam, maka suara takbir harus keras (jahr) agar makmum bisa mendengar.
3. Bersedekap (hukumnya sunnah)
Dalam mahzab Syafi’i cara bersedekap dalam shalat yakni jari tangan kanan (jempol, jari manis dan kelingking) menggenggam pergelangan tangan kiri lalu telunjuk dan jari tengah pada tangan kanan ditempelkan secara lurus (jangan ditekuk) ke tangan kiri.
Adapun posisinya ada dua yaitu bersedekapnya diletakkan diantara pusar dan ulu hati atau bersedekapnya di bagian dada kiri bawah (sekitar 3 jari di bawah susu/payudara kiri).
4. Membaca doa ifftitah (hukumnya sunnah)
Redaksi bacaannya adalah sebagai berikut:
اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya
“Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang.
Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan atau dalam keadaan tunduk, dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya.
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dengan yang demikian itulah aku diperintahkan. Dan aku adalah termasuk orang-orang muslim.”
Bacaan doa iftitah ini sangatlah dianjurkan untuk dibaca hanya pada rakaat pertama saja namun hukumnya tidaklah wajib. Shalat kita tetaplah sah meskipun tidak membaca doa ini.
5. Membaca surat al Fatihah (hukumnya wajib)
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
Artinya
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,
Pemilik hari pembalasan.
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
6. Membaca surat-surat pendek atau sebagian ayat Al Qur’an lainnya (Hukumnya sunnah)
Kita bisa membaca surat-surat pendek seperti surat al ikhlas, al falaq, an Nas dan sebagainya. Atau boleh juga penggalan dari surat misalnya ayat Kursi, 10 ayat terakhir surat al Baqarah dll.
Hukum membaca surat-surat pendek ini adalah sunnah, dengan kata lain dianjurkan untuk dilakukan agar memperoleh tambahan pahala namun bila tidak dilakukan, maka shalatnya tetaplah sah.
7. Bertakbir dan mengangkat tangan kemudian rukuk
Gerakan rukuk dilakukan dengan cara meletakkan telapak tangan kanan pada lutut kanan dan telapak tangan kiri pada lutut kaki kiri. Siku kedua tangan dan lutut kedua kaki harus lurus sedangkan kepala mengarah ke lantai.
Kemudian membaca bacaan tasbih sebanyak 3 kali dengan redaksi sebagai berikut.
سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ
“Subhâna rabbiyal ‘adhîmi wa bihamdihi,“
Artinya:
“Maha suci Tuhanku yang maha agung dengan segala pujian-Nya”
8. Melakukan I’tidal
Setelah rukuk kemudian bangkit berdiri tegap sambil mengangkat kedua tangan dan mengucapkan.
“Sami’ allahuliman hamidah” yang artinya Allah mendengar pujian dari orang yang memujiNya.
Lalu membaca:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَىْءٍ بَعْدُ
“Robbanaa lakal hamdu mil’as samaawaati wal ardli wa mil-a maa syi’ta min syai’in ba’du”
Artinya:
“Wahai Tuhan kami, segala puji bagiMu, sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh apa-apa yang Engkau kehendaki setelah itu.”
9. Sujud
Setelah itu mengucapkan takbir “Allahu akbar..!” (tanpa mengangkat tangan) sambil melakukkan sujud. Gerakan sujud dimulai dengan cara meletakkan kedua lutut ke lantai kemudian disusul kedua telapak tangan dan dahi.
Kemudian membaca tasbih sebanyak 3 kali.
سُبْحَانَ رَبِّىَ الْأَعْلَى
“Subhâna rabbiyal a’la wa bihamdihi,”
Artinya:
“Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi dengan segala pujian-Nya.”
10. Duduk diantara dua sujud
Setelah sujud kemudian membaca takbir sambil duduk dengan posisi telapak kaki kiri berada di bawah pantat (sebagai tempat dudukan) sedangkan telapak kaki kanan berada pada posisi berdiri tegak lurus terhadap lantai Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut.
Diposisi ini, kita harus membaca:
رب اغْفِرلي وَارْحَمْنِى واجبرني وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِى وَاهْدِنِى وَعَافِنِى وَاعْفُ عَنِّى
“Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’aafinii wa’fu ‘annii.”
Artinya:
“Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, perbaikilah keadaanku, tinggikanlah derajatku, berilah rizki dan petunjuk untukku.”
11. Sujud
Kemudian mengucapkan takbir “Allahu akbar” sambil melakukan gerakan sujud kembali dengan bacaan yang sama dengan di atas. Rangkaian ini dihitung sebagai 1 rakaat shalat sedangkan pada sholat subuh terdapat 2 rakaat.
Setelah itu kemudian berdiri tegap dan bersedekap sambil bertakbir “Allahu akbar”. Lakukanlah seperti pada tatacara sholat subuh nomor 5.
12. Gerakan shalat pada rakaat kedua
Gerakan shalat pada rakaat kedua sama persis pada rakaat pertama, hanya saja kita tidak perlu lagi membaca doa iftitah. Langsung saja membaca surat al Fatihah dan surat-surat pendek lainnya.
13. Doa Qunut subuh
Doa qunut subuh dibaca pada saat I’tidal sambil menengadahkan kedua tangan. Ketika doa selesai dipanjatkan, kita tidak perlu mengusapkan telapak tangan ke wajah. Langsung saja tangan diturunkan kemudian lakukanlah gerakan sujud.
Adapaun membaca doa ini hukumnya sunnah, kita boleh memanjatkannya ataupun tidak.
Baca juga: Redaksi doa qunut subuh
14. Tahiyat akhir
Setelah melakukan sujud kedua pada rakaat kedua kemudian kita melakukan Posisi Kaki Saat Duduk diantara dua sujud.
Caranya hampir mirip duduk diantara dua sujud atau duduk tahiyat awal pada shalat dua rakaat namun ada sedikit perbedaan. Untuk lebih jelasnya, kita bisa melihat gambar ilustrasinya di bawah ini.
Adapun redaksi bacaan pada saat duduk tahiyat akhir akan kita bahas pada halaman selanjutnya.
15. Mengucapkan Salam
Setelah membaca tahiyat akhir kemudian tatacara shalat subuh ini diakhiri dengan salam. Caranya, kita ucapkan “Assalamu’alaikum” dengan posisi wajah masih menghadap kedepan kemudian disusul membaca “Wa rahmatullahi wa barakatuh” sambil wajahnya menengok ke sisi kanan.
Kemudian lakukanlah ucapan serupa tapi mengengoknya ke sisi kiri.