Ketidakpastian Pengukuran

Ketidakpastian pengukuran
Contoh Ketidakpastian pengukuran

Ketidakpastian Pengukuran – Perlu disadari bahwasannya kita ini adalah makhluk yang tidak sempurna. Oleh karena itu dalam hasil pengukuran ada yang dinamakan sebagai angka pasti (x) dan angka tidak pasti/ralat/error/ketidakpastian (Δx).

Angka pasti merupakan angka yang benar-benar kita yakini besarnya atau nilainya. Sedangkan ralatnya merupakan angka kira-kira yang menggambarkan bahwasannya hasil pengukuran kita terletak diantara sekian hingga sekian (±).

Apa penyebab ketidakpastian pengukuran?

Ketidakpastian pengukuran dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya.

  1. Adanya keterbatasan akurasi alat ukur.
  2. Si pengukur mengalami cacat mata sehingga dapat mengurangi keakuratan dalam pengukuran, misalnya rabun dekat, rabun jauh dan sebagainya.
  3. Adanya faktor alam, misalnya iklim dan cuaca di lapangan yang dapat mempengaruhi atau mengganggu saat melakukan pengukuran.
  4. Sikap tergesa-gesa dan tidak tenang saat melakukan pengukuran.
  5. Tidak mampu selalu tetap fokus dalam melakukan pengukuran.
  6. Adanya keterbatasan tingkat ketelitian si pengukur.

Lalu bagaimana cara menuliskan angka hasil pengukuran?

Nah, penulisannya bisa dilihat di bawah ini.

x ± Δx

Nilai x adalah angka pasti yang betul-betul dapat dengan jelas kita bisa lihat. Sedangkan nilai ketakpastiannya bisa diambil dari nilai perkiraan (harus logis/masuk akal) yang besarnya terserah menurut keyakinan si pengukur.

Jika perkiraan tidak dapat dilakukan, si pengukur dapat melakukan perkiraan dengan rumus: ½ x nst (nilai skala terkecil yang tertera pada alat ukur yang digunakan).

Akan tetapi, perlu diingat bahwa penggunaan ½ x nst (nilai skala terkecil) tidaklah mutlak harus dilakukkan, melainkan tergantung dari situasi pada saat pengukuran. Untuk itu perhatikan contoh berikut.

Misalnya dalam kasus pengukuran pada mistar/penggaris dengan skala terkecil adalah 0,1 cm. Dalam pengukuran pasti sering menjumpai kasus seperti ini (Baca juga: Sistem Pengukuran Beserta Alat Ukur).

Berapa hasil pengukuran tersebut dalam cm dan m?

  • Menurut pengamatan saya batang tersebut panjangnya adalah (7,74 ± 0,01)cm atau (7,74 ± 0,01)10-2m. Jadi batang tersebut panjangnya yaitu dari ukuran 7,73 cm sampai 7,75 cm.
  • Bila menggunakan ½ nst untuk nilai ralatnya, maka panjang batang tersebut adalah (7,74 ± 0,05)cm atau (7,74±0,05)10-2m. Jadi batang tersebut panjangnya dari 7,69 cm sampai 7,79 cm.

Dari dua jawaban tersebut yang paling logis adalah jawaban pertama karena ralat pada jawaban ke dua terlalu besar sehingga hasil ukurnya menjadi semakin tidak tepat. Bagaimana? sudah paham? boleh kita menentukan nilai ketidakpastian pengukuran menggunakan rumus ½ nst namun kita harus bisa melihat situasi dan kondisi, apakah nilainya logis atau tidak?.

Nah, pembahasan yang kita lakukan di halaman ini barulah permulaan. Ada hal-hal lainnya yang perlu dipahami saat hendak menuliskan nilai hasil pengukuran diantaranya aturan angka penting, apakah pengukuran yang kita lakukan merupakan pengukuran tunggal atau pengukuran berulang?.

Pos terkait