Bentuk Bumi dan Ukurannya – Berbicara mengenai bentuk bumi, tentunya masih banyak orang-orang yang berspekulasi. Bagaimana bentuk kenamapakan bumi? Apakah bumi benar-benar bulat? Elips? Atau mungkin ternyata bumi berbentuk datar seperti yang disebutkan dalam teori flat earth?
Jika berbicara dari segi geologi, sudah sejak dahulu kala orang-orang mereka-reka bagaimana bentukan dari bumi. Dahulu, orang sudah banyak megira bahwa bumi merupakan daratan bundar, ditutupi oleh langit, dan dikelilingi oleh lautan yang melingkar.
Pendapat Para Ahli Mengenai Bentuk Bumi
1. Thales (625-547 SM)
Thales mengatakan bahwa bumi merupakan suatu padatan yang terapung pada lautan tanpa batas.
2. Anaximander (610-547 SM)
Anaximander mengatakan bahwa bumi merupakan sebuah benda silinder melayang di langit yang bulat.
3. Pythagoras (569-475 SM)
Seorang ahli matematika yang satu ini memikirkan bahwa bumi merupakan bulatan yang mempunyai bentuk simetris.
4. Newton (Akhir Abad ke-17)
Newton menduga akibat perputaran pada sumbunya, bumi tidak berbentuk bulat sempurna melainkan berbentuk ellipsoid dimana mendatar pada kutub-kutubnya dan memiliki bentuk lebih cembung pada bagian khatulistiwa.
Jika pendapat nari Newton mengenai bentuk bumi benar adanya, maka seharusnya derajat meridian di kutub-kutub bumi bernilai lebih besar daripada di khatulistiwa. Maka, untuk membuktikan hal tersebut, pada tahun 1735, Academie des Sciences Pris mengirim ekspedisi ke Lapland dan Peru. Ternyata, derajat meridian di Lapland yang terlatak di daerah kutub mempunyai nilai lebih besar dari Peru yang terletak di khatulistiwa.
Bagaimana Cara Mengetahui Ukuran Bumi?
Tentu saja keingintahuan para ahli tidak sebatas ingin mengetahui bentukan bumi saja, namun juga dengan ukurannya. Mungkin terdengar tidak masuk akal bagaimana kita bisa mengetahui ukuran bumi di zaman dahulu. Apalagi, zaman belum ada peralatan canggih yang memadai.
Erastothenes (275-195 SM) berpendapat bahwa tidak mungkin matahari berada pada tempat yang berjauhan letakya. Ia memperhatikan sinar matahari yang jatuh pada lubang sumur pada tengah hari di pertengahan musim panas tepatnya di Kota Syene.
Kota Syene mempunyai jarak sekitar 5.000 stad dari kota Alexandria. Pada saat waktu yang bersamaan, bayangan matahari di Alexandria memperlihatkan besarnya 1/50 bagian dari seluruh lingkaran. Sehingga jika dihitung secara matematis, keliling bumi haruslah 50 kali 5.000 stad yaitu 250.000 stad. Jika dikonversi ke satuan meter menjadi 157 m dan 39.250 km. Perkiraan Erasthotenes ini ternyata mendekati dengan hasil perhitungan yang diteliti oleh peneliti selanjutnya.
Lalu bagaimana dengan keliling bumi? Pada tahun 1617, Snellius mengukur dengan menggunakan metode segitiga. Jari-jari bentuk bumi diukur dengan menggunakan patokan keliling bumi. Jari-jari bumi diperkirakan sekitr 6.378,38 km.
Mengetahui Struktur Dalam Bumi
Pendahulu yang memikirkan struktur bumi adalah Plato. Ia mempunyai pendapat bahwa bumi merupakan substansi berfasa cair yang dilapisi oleh lapisan kerak yang tipis. Pada bagian-bagian kerak yang lemah kemudian diterobos oleh substansi dari dalam yaitu magma yang nantinya membentuk gunung api.
Dengan mempelajari sifat gelombang seismik/gempa bumi, maka kita dapat mengetahui interior atau struktur dalam dari bumi. Cepat rambat gelombang seismik erat hubungannya dengan densitas suatu masa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan cepat rambat mengindikasikan bahwa struktur bumi terdiri dari masa heterogen dengan lapisan dengan densitas berbeda.
Gelombang seismik dibagi menjadi Gelombang S dan Gelombang P.
1. Gelombang S dapat merambat dalam fasa cair, padat, gas
2. Gelombang P hanya dapat merambat dalam fasa padat
Perbedaan sifat gelombang tersebut yang dipakai untuk membedakan struktur di dalam bumi.
Setelah membaca artikel bentuk bumi dan ukurannya di atas bisa juga baca artikel berjudul zaman sejarah pembentukan bumi dan teori proses pembentukan bumi.
Daftar Pustaka:
Sapiie, Benyamin dkk. 2006. Geologi Fisik. Bandung: Institut Teknologi Bandung