Hormon Auksin Pada Tumbuhan – Hormon adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ada berbagai macam hormon yang terkandung dalam tumbuhan dan masing-masing memiliki peran yang penting. Salah satunya adalah hormon auksin yang berperan sebagai pengatur pemanjangan dan pembesaran sel. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang hormon auksin:
Pengertian Hormon Auksin Pada Tumbuhan
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang dapat ditemukan pada ujung batang, akar, dan bunga. Fungsi dari auksin adalah untuk mengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung, sehingga dapat dikatakan bahwa auksin mempunyai peran penting dalam pertumbuhan tumbuhan.
Auksin banyak diproduksi pada ujung-ujung jaringan meristem pucuk dan jaringan muda, seperti pucuk daun, ujung batang, embrio biji, dan kuncup bunga. Auksin selalu bergerak ke arah bawah batang (polar), sehingga terjadi perbedaan konsentrasi auksin di ujung batang dan akar.
Setelah selesai sintesis, auksin akan ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan tapi tidak semua bagian mendapat konsentrasi yang sama. Bagian yang letaknya jauh dari tempat sintesis akan mendapat auksin lebih sedikit, begitupun sebaliknya. Aktivitas dari hormon ini meliputi perangsangan, pertumbuhan, atau penghambatan, tergantung pada konsentrasi auksinnya.
Auksin bisa berpengaruh hanya pada konsentrasi tertentu saja, yaitu sekitar 10 – 8 sampai 10 – 3 M. Saat konsentrasinya lebih tinggi, auksin malah akan menghambat pemanjangan sel. Ini dapat terjadi karena tingginya level auksin yang menginduksi sintesis hormon lain, yakni etilen. Yang mana fungsi umum dari etilen adalah sebagai inhibitor pertumbuhan akibat pemanjangan sel.
Auksin tidak dapat bertahan dengan intensitas cahaya matahari yang tinggi. Apabila sampai terjadi, auksin akan mengalami kerusakan, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Dampak yang ditimbulkan adalah batang membelok ke arah datangnya cahaya, karena pertumbuhan bagian yang tidak terkena cahaya lebih cepat daripada bagian yang terkena cahaya.
Hormon Auksin Menurut Para Ahli Fisiologi Tumbuhan
1. Fritz Went
Fritz Went (1903-1990) adalah seorang ilmuwan Belanda yang pertama kali menemukan peran hormon auksin. Fritz Went melakukan percobaan memakai potongan agar-agar koleoptil tumbuhan untuk membuktikan adanya peran serta hormon dalam pertumbuhan tanaman.
Dalam percobaannya, Fritz Went menggunakan dua koleoptil, satu potong agar-agar dengan hormon auksin dan satu potong agar-agar lagi tanpa hormon auksin. Selanjutnya, ujung koleoptil dipotong dan diletakkan pada potongan agar-agar yang mengandung auksin, kemudian agar-agar tersebut diletakkan kembali ke bagian lain dari koleoptil yang dipotong ujungnya.
Langkah yang sama juga dilakukan pada potongan agar-agar tanpa auksin. Setelah diamati dalam jangka waktu tertentu, ternyata pada agar-agar yang mengandung auksin terjadi pertumbuhan dan pembelokan arah tumbuh ujung koleoptil. Sedangkan pada agar-agar tanpa auksin tidak terjadi pertumbuhan dan pembelokan arah sama sekali.
Dengan demikian, percobaan definitive yang dikerjakan oleh Fritz Went membuktikan adanya zat yang berdifusi dari potongan ujung koleoptil ke dalam potongan agar-agar, yang merangsang pertumbuhan sel pada sisi yang tidak terkena cahaya secara langsung.
2. Boysen – Jensen
Berbeda dari Fritz Went, Boysen – Jensen menggunakan sepotong mika untuk meneliti keberadaan hormon auksin pada tanaman. Saat mika disisipkan di bawah pucuk bagian yang tidak terkena cahaya, batang tanaman tidak akan mengalami pembelokan.
Sedangkan saat mika disisipkan pada sisi yang terkena cahaya langsung, terjadi pembelokan batang pada tanaman. Dengan demikian, kesimpulan dari percobaan Boysen – Jensen adalah diperlukan transport sinyal pada seluruh bagian yang tidak terkena sinar matahari langsung agar terjadi pembelokan.
Baca juga: Hormon Giberelin Pada Tumbuhan
Fungsi Hormon Auksin
1. Berperan untuk Memanjangkan Akar dan Tunas
Pada tanaman, auksin berperan penting untuk memicu terbentuknya akar lateral dan akar adventif dengan lebih baik, sehingga penyerapan air dan unsur hara yang dilakukan tanaman menjadi lebih optimal.
Selain itu, auksin juga memacu pertumbuhan tunas dan perkecambahan embrio biji, seperti pada tauge yang ditanam dari biji kacang hijau yang dapat tumbuh efektif di tempat gelap.
2. Memecah Dormansi Pucuk/Apikal
Pemecahan dormansi pada pucuk/apikal dapat terjadi karena peran serta hormon auksin. Hormon auksin yang tumbuh pada tunas apikal akan menghambat tunas lateral. Kondisi tersebut akan mendukung pertumbuhan daun, sebab setelah tunas apikal dipotong tunas lateral akan berkembang menumbuhkan daun baru.
3. Menghambat Perontokan Buah dan Daun
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, auksin memiliki kemampuan untuk merangsang kambium. Hal ini berarti memicu pertumbuhan xylem dan floem, membentuk dinding sel primer, serta memelihara elastisitas dinding sel. Maka dari itu, hormon ini juga berfungsi untuk menghambat rontoknya buah dan daun.
4. Merangsang Terjadinya Partenokarpi
Partenokarpi adalah kemampuan tumbuhan untuk melakukan pembuahan tanpa proses penyerbukan. Adanya hormon auksin pada tumbuhan akan merangsang pembentukan buah tanpa biji dan menghambat penuaan bunga. Hal ini berarti memaksimalkan pertumbuhan tanaman bunga, seperti bunga melati, mawar, anggrek, dan lain-lain.
Selain itu, auksin juga berperan dalam pembentukan akar lateral dan serabut akar. Yang mana akar lateral dan serabut akar akan meningkatkan penyerapan air dan mineral pada tanaman, sehingga proses pertumbuhan semakin optimal.
5. Mempercepat Perkecambahan
Auksin juga bermanfaat untuk memecah dormansi benih sehingga akan merangsang dan mempercepat proses perkecambahan. Tanaman yang tumbuh dengan biji akan berkecambah dan tumbuh dengan cepat menggunakan hormon auksin ini. Kondisi ini tentu sangat membantu petani untuk mempercepat pertumbuhan tanamannya, selagi kondisi tanahnya subur.
Auksin juga bisa memacu pembelahan sel pada kambium pembuluh jika dikombinasikan dengan giberelin. Hal tersebut dapat mendukung pertumbuhan diameter batang tanaman dan jaringan pembuluh lain seperti jaringan meristem dan jaringan parenkim.
Baca juga: Proses Fotosintesis Pada Tanaman
Pertumbuhan dan Perkembangan Hormon Auksin
Auksin yang berperan dalam pertumbuhan dan memacu proses pemanjangan sel dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan. Apabila terkena sinar matahari secara langsung, auksin akan rusak dan menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini menyebabkan bagian yang terkena sinar matahari terhambat pertumbuhannya dan yang tidak terkena sinar matahari justru tumbuh lebih cepat.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apikal batang dapat menghambat tumbuhnya tunas lateral atau tunas ketiak, kemudian tunas apikal akan memicu pertumbuhan daun-daun, peristiwa ini dinamakan dominansi apikal.
Hormon auksin juga menyebabkan terjadinya pembentukan buah tanpa biji, sehingga banyak petani yang memanfaatkan auksin untuk membentuk buah non biji, seperti semangka, anggur, jeruk, jambu, tomat, dan masih banyak lagi. Pengoptimalan proses penyerapan air dan mineral pun dipengaruhi auksin dengan memacu pembentukan akar lateral dan serabut akar.
Akan tetapi, auksin juga bisa memberi efek penghambatan pada suatu faktor dominansi terhadap kuncup samping yang terdapat di daun muda. Setelah apeks tajuk dipangkas dan auksin ditambahkan pada sisa batang yang terpotong, maka perkembangan kuncup samping akan terhambat dan arah pertumbuhan cabang menjadi tegak, hal ini berlaku pada banyak spesies tanaman.
Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa auksin memegang peranan penting dalam pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, banyak orang khususnya petani yang menambahkan auksin buatan ke dalam tanaman, walaupun sebenarnya tumbuhan bisa mensintesis auksin sendiri.
Baca juga: Manfaat dan Tujuan Reboisasi
Nah, apabila ada pertanyaan terkait Pengertian Hormon Auksin Pada Tumbuhan bisa ditulis di bawah ini.
Referensi:
Nurhayati, Nunung, Resty Wijayanti. 2016. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII, Bandung: Yrama Widya.