Peninggalan – peninggalan sejarah Islam di Bima yang masih bisa kita jumpai saat ini antara lain:
1. Perkuburan Tolobali terletak di Bima yakni berupa dua buah kuburan yang kijingnya berbentuk kubah. Kubah kuburan ini memiliki kesamaan bentuk dengan kuburan Sultan Goa di Sulawesi Selatan. Dua kuburan ini merupakan kuburan ulama besar yang berjasa dalam mengajarkan agama Islam di Bima yaitu Syeikh Umar dan Syeikh Banta.
Pada saat itu, Sultan sangat menghormati dan mencintai ulama sehingga didatangkanlah Syeikh Umar dari Banten untuk mengajarkan ajaran Islam di Bima. Kedatangan Syeikh Umar dan Syeikh Banta terjadi setelah dua ulama dari Makassar -Datuk Dibandang dan Datuk Ditiro- pulang lagi ke daerahnya.
2. Kuburan Dana Traha terletak di atas bukit bagian selatan kota Bima yang merupakan kompleks perkuburan raja-raja Bima beserta keturunannya. Sultan Abdul Kahir yang merupakan sultan pertama di Bima juga dimakamkan di tempat ini.
3. Kuburan Bata yang terletak di Rasanae Bima merupakan kuburan para bangsawan Bima pada masa lalu.
4. Kuburan Kecil di pulau Kambing merupakan makam wakil sultan Bima di Manggarai yang meninggal tahun 1223 H.
5. Masjid lama Bima yang dibangun oleh Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah yang hidup sekitar tahun 1762 sampai 1819 Masehi.
6. Kuburan Wazir merupakan kuburan perdana menteri Abdul Samad Ompu La Muni yang terletak di bukit Dana Traha yang terletak di sebelah selatan Kota Bima.
Untuk memperingati masuknya Islam di Kota Bima (Baca juga: Zaman Kesultanan Bima), maka pada bulan Maulud yakni Bulan Rabi’ulawal selama 5 hingga 15 hari diadakan acara adat yang bernama Sirih Puan. Selain untuk memperingati masuknya Islam di Bima, acara ini tentu untuk memperingati sejarah Nabi Muhammad saw (Maulud Nabi), memperingati berdirinya kesultanan Bima serta mengenang jasa-jasa para alim ulama yang ikut serta dalam mengembangkan ajaran Islam di daerah Bima.
Adanya acara Sirih Puan ini dapat meningkatkan pengetahuan umat akan sejarah serta meningkatkan rasa cinta umat Islam di Bima kepada Nabi Muhammad saw, para alim ulama serta mampu pula meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan umat. Hal ini membuat tentara Portugis dan Belanda pada saat itu kesulitan untuk menguasai daerah Bima.
[color-box]L. Masier Q. Abdullah dkk. Buku Sejarah Kabupaten Bima yang dijilid oleh Perpustakaan Kota Bima.[/color-box]