Format Penyajian Dalam Buletin

Contoh buletin (Foto: Siswapedia dari Tribun Jogja)
Gambar. Contoh buletin (Foto: Siswapedia dari Tribun Jogja)

Bagaimana format penyajian dalam buletin ?

Format Penyajian Dalam Buletin – Setelah bulan lalu kita mempelajari jenis buletin (baca: peristiwa yang bisa dijadikan berita) apa saja yang harus dibawakan oleh news achor. Kali ini kita akan membahas format penyajian pada buletin.

Di pertemuan kemarin saya sudah sempat menyinggung format penyiaran pada buletin seperti apa. Tapi waktu menyinggung tentang format belum mendalam (Baca: Buletin, Format dan Proses Penyiaran).

Nah, lewat artikel berikut ini saya akan paparkan apa saja format-format penyajian dalam buletin . Menurut buku berjudul Jurnalistik Televisi karya Deddy Iskandar Muda. Format penyajian untuk acara buletin ada lima. Berikut kelima format tersebut.

Contoh buletin (Foto: Siswapedia dari Tribun Jogja)
Gambar. Contoh buletin (Foto: Siswapedia dari Tribun Jogja)

Format Penyajian Dalam Buletin Menurut Deddy Iskandar Muda

Cut Spot atau Reporter Package

Format penyajian buletin ini sering disebut sebagai “paket reporter.” Disebut begitu karena format ini memberikan kesempatan kepada reporter untuk membacakan sendiri laporan yang dibuatnya melalui voice over (dubbing). Format penyajian ini didesain sebagai suatu standar bagi sebuah penyiaran berita televisi.

Dalam format ini, reporter akan membacakan sendiri laporannya. Oleh karenanya, mereka biasanya membuat dua bagian laporan. Bagian pertama adalah lead, atau juga disebut intro yang durasinya sekitar 15 hingga 20 detik.

Dalam format ini, seorang reporter harus memiliki kemampuan tambahan, yaitu memiliki kualitas suara yang bagus dan jelas dalam melafalkan setiap huruf serta kata. Ia juga harus memiliki wajah yang menarik. Kalau tidak terpenuhi kriteria tambahan seperti ini, maka sebaiknya format ini tidak dipilih.

Reader U-lay

Dalam format ini, berita yang disusun oleh reporter atau redaktur seluruhnya dibacakan oleh penyiar berita di studio. Untuk membuat format semacam ini, maka reporter atau produser perlu menetapkan waktu mengenai kapan seorang penyiar berita muncul di layar, dan kapan pula gambar atau visualnya akan dimunculkan secara penuh. Perintah tersebut harus dituangkan di dalam naskah.

Panjang berita untuk penyajian semacam ini idealnya adalah sekitar 30 detik hingga mencapai satu menit. Penggunaan format ini dikarenakan ada beberapa alasan, misalnya karena paket berita tersebut diperoleh dengan membeli, dari sebuah kantor berita atau stasiun TV Lain.

Non-Intro

Format non-intro hampir sama dengan reader U-lay, tapi dalam format semacam ini, penyiar tidak muncul di layar TV. Tetapi hanya terdengar suaranya saja dengan latar belakang visual.

Berita semacam ini biasanya hanya memiliki durasi paling lama sekitar 30 detik saja. Bahkan sering kali kurang dari itu.

Jadi perbedaan format penyiaran non-intro dengan format penyiaran reader U-lay yaitu tidak ada kemunculan wajah penyiar saat berita tersebut ditayangkan, namun hanya suaranya saja.

Format penyiaran model non-intro biasanya dipakai pada saat closing. Tujuan pemakaian format non-intro yaitu untuk mengingatkan kembali tentang peristiwa penting di dalam sajian berita saat itu. Di CNN, penyajian tersebut diletakkan pada bagian akhir yang kerap kalo disebut sebagai top stories.

Phone atau Still

Format penyiaran phone still biasanya sering dipakai pada suasana stop press, atau apabila redaksi terdapat berita yang sangat aktual tetapi redaksi belum memiliki gambaran akan peristiwa tersebut.

Untuk situasi yang mengedepankan kecepatan dalam mendapatkan informasi ini maka wartawan harus stanbay di lokasi tempat liputan di ambil. Dengan demikian, pemirsa pada kesempatan pertama akan dengan segera memperoleh informasi yang sangat aktual.

Reader Only

Format penyiaran semacam ini hanya disajikan apabila dalam keadaan darurat, atau dalam keadaan terpaksa. Sajian ini sesungguhnya bukanlah sifat dari media televisi.

Misalnya saja ketika terjadi peristiwa pengeboman, kebakaran yang menelan korban besar baik harta dan jiwa. Maka tidak masalah kalau gambar yang diambil gerak-gerak.

Namun suara kegentingan saat terjadinya peristiwa itu harus jelas. Tidak bayak noise, dan suara-suara tidak perlu yang cukup mengganggu.

Pos terkait