Perkembangan Rekaman Tertulis Pada Masa Aksara – Jejak-jejak masa lampau dapat kita gunakan sebagai bahan untuk menyusun sebuah kisah sejarah (Baca juga: Perkembangan sejarah setelah mengenal aksara). Kisah sejarah ini nantinya akan diturunkan secara turun-temurun sehingga masyarakat atau generasi selanjutnya menjadi mengerti dan mengetahui seluk-beluk nenek moyang mereka.
Jejak sejarah itu sendiri, dapat kita bedakan menjadi dua macam yakni.
a. Jejak historis yaitu jejak sejarah yang memiliki informasi-informasi terkait peristiwa sejarah sehingga dapat kita gunakan sebagai bahan dalam penulisan sejarah.
b. Jejak nonstoris yaitu kejadian di masa lampau yang tidak memiliki nilai sejarah sehingga tidak bisa dijadikan bahan penulisan sejarah.
Tradisi masyarakat pada masa lampau dalam mengabadikan sebuah moment atau kejadian dilakukan dengan melakukan rekaman tertulis yakni mengabadikan kisah dalam bentuk tertulis.
Nah, di Indonesia sendiri, rekaman tertulis dapat kita bedakan menjadi tiga macam yaitu:
a. Sumber tertulis sezaman dan setempat
Sumber tertulis sezaman yaitu bila sumber sejarah ditulis oleh orang yang mengalami peristiwa sejarah tersebut (pelaku) dan ditulis pada waktu itu atau setidaknya setelah peristiwa sejarah itu terjadi. Dikatakan setempat karena si penulis sumber sejarah merupakan orang dalam negeri yang mengalami kejadian peristiwa itu, misalnya prasasti (enloggistie).
Prasasti pada umumnya ditulis dalam bentuk bahasa puisi yang dibuat dari berbagai macam bahan seperti batu, logam maupun batu bata.
1) Prasasti yang terbuat dari batu
Adapun prasasti yang terbuat dari batu, hingga sampai saat ini kita bisa bedakan dalam empat macam, antara lain: prasasti yang terbuat dari batu kali, batu lingga, pseudo lingga dan batu yoni.
2) Prasasti yang terbuat dari logam
Prasasti jenis ini bisanya terbuat dari logam tembaga, perunggu maupun emas. Misalnya prasasti calcutta, prasasti airlangga dll.
3) Prasasti yang terbuat dari batu bata
Prasasti jenis ini dinamakan sebagai prasasti terra cotta. Hingga saat ini, prasasti jenis ini jumlahnya sangat sedikit sekali sehingga kita hanya bisa menjumpainya di prasasti yang terdapat pada Candi Sentul.
Untuk lebih jelasnya tentang prasasti, kita akan membahasnya pada bab tersendiri.
b. Sumber tertulis sezaman, tapi tidak setempat
Sumber tertulis sezaman, tapi tidak setempat maksudnya adalah sumber sejarah terkait sebuah kejadian ditulis oleh orang yang satu zaman dengan kejadian tersebut, tetapi penulisnya ada di luar negeri atau di luar dari tempat kejadian sejarah. Misalnya kitab Ling Wai Taita karangan Chou Ku Fei pada tahun 1178 yang menceritakan tentang Kerajaan Kediri dan Kitab Chu Fang Chi ditulis oleh Chau Ju Kua pada abad ke-13 yang menceritakan tentang kerajaan terbesar di Asia Tenggara yakni Kerajaan Sriwijaya.
c. Sumber tertulis tidak sezaman, tapi setempat
Rekaman tertulis jenis ini ditulis pada waktu jauh sesudah peristiwa sejarah itu terjadi, mungkin sumbernya berasal dari cerita yang disampaikan dari mulut ke mulut. Contoh rekaman tertulis jenis ini ialah buku Babad Tanah Jawi dan kitab Pararaton.
Nah, setelah memperlajari tentang perkembangan rekaman tertulis pada masa aksara kemudian muncul pertanyaan baru yaitu bagaimana perkembangan penulisan sejarah di Indonesia? Kita akan bahas ini pada halaman selanjutnya.
[color-box]Wardaya.2009.Cakrawala Sejarah. Surakarta:PT. Widya Duta Grafika.[/color-box]