Pedosfer Sebagai Tempat Proses Pembentukan Tanah

cnx.org
Gambar. c(Sumber: cnx.org)
Lapisan Tanah
Gambar. Lapisan Tanah (Sumber: cnx.org)

A. Pengertian Pedosfer

Pedosfer adalah lapisan paling atas atau terluar litosfer sebagai tempat berlangsungnya proses pembentukan tanah. Sedangkan tanah (soil) merupakan suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan, bahan anorganik, bahan organik, air dan udara. Tanah sangat bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup. Bisa digunakan sebagai media bercocok tanam sehingga menghasilkan aneka hasil pertanian dan perkebunan.

Terbentuknya tanah, tentu saja mengalami beberapa proses. Apa sajakah faktor tersebut? Agar lebih jelas, kita akan membahasnya satu persatu.

B. Proses Pembentukan Tanah

Proses pembentukan tanah berawal dari adanya pelapukan bebatuan baik secara fisik maupun secara kimia. Nah, proses tersebut bukan hanya membuat bebatuan menjadi ukuran yang lebih kecil atau lebih lunak melainkan juga mengalami perubahan secara kimiawi pada komposisinya.

Batu-batuan yang telah lapuk belum bisa disebut sebagai tanah karena masih memiliki sifat struktur batuan induk. Nah, batuan pada tahap ini kita namakan sebagai bahan tanah atau regolith. Untuk menjadi tanah, bahan tanah akan terus mengalami pelapukan dalam jangka waktu yang lama sampai berubah menjadi tanah.

Ada beberapa faktor penting yang memengaruhi proses pembentukan tanah yaitu iklim, organisme, bahan induk, topografi dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat kita formulasikan menjadi sebuah rumus sebagai berikut.

T = f (i,o,b,t,w)

Keterangan:
T = tanah
f = faktor
i = iklim
o = organisme
b = bahan induk
t = topografi
w = waktu

Untuk lebih jelasnya, kita akan uraikan faktor pembentuk tanah pada bahasan berikut ini.

1. Iklim

Unsur iklim yang sangat mempengaruhi pembentukan tanah yaitu temperatur/suhu dan curah hujan. Temperatur atau suhu yang tinggi menyebabkan proses pelapukan bebatuan akan semakin cepat. Bilamana proses pelapukan bebatuan semakin cepat, maka pembentukan tanah juga akan semakin cepat. Sedangkan curah hujan akan mempengaruhi proses erosi dan pencucian tanah. Pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah). Tanah yang sangat asam sangat buruk untuk dijadikan sebagai tempat bercocok tanam.

2. Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)

Organisme juga berperan penting dalam proses pembentukan tanah. Adapun peranan mereka adalah sebagai berikut

a. Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimia.

b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan yang telah tumbang maupun ranting dan dedaunan yang jatuh ke tanah akan mengalami pembusukan dimana proses pembusukan tersebut dibantu oleh mikroorganisme.

c. Vegetasi dapat membantu dalam pembentukan sifat-sifat tanah. Vegetasi hutan dapat membuat tanah menjadi merah sedangkan vegetasi rumput dapat membuat tanah menjadi hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari sisa-sisa akar, daun atau rumput yang telah mati.

d. Setiap tanaman memiliki kandungan unsur yang berbeda-beda yang tentunya akan berpengaruh pada pembentukan sifat tanah. Misalnya pohon cemara yang memiliki kandungan unsur Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.

3. Bahan Induk

Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Batuan-batuan tersebut akan berubah menjadi berukuran lebih kecil menjadi batuan induk yang kemudian akan mengalami pelapukan hingga menjadi tanah. Sifat-sifat bebatuan (bahan induk) tersebut sebagian menunjukan adanya kesamaan dengan sifat tanah di permukaan bumi. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah yang baru, misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi.

Adapun susunan kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.

4. Topografi atau Relief

Keadaan topografi atau relief suatu tempat akan mempengaruhi pembentukan tanah. Adapun pengaruhnya antara lain

a. Tebal tipisnya lapisan tanah. Pada daerah yang miring lapisan tanahnya akan tipis karena mudah terjadi erosi sedangkan pada daerah yang datar lapisan tanahnya akan lebih tebal karena adanya proses sedimentasi atau pengendapan.

b. Sistem pengaliran atau dreinase. Daerah yang airnya tergenang, tanahnya akan menjadi lebih asam.

5. Waktu

Seiring berjalannya waktu, tanah akan mengalami pertambahan usia. Kita dapat menggolongkan usia tanah ini menjadi 3 fase yaitu tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Hal ini terjadi karena tanah terus berubah akibat adanya proses pelapukan dan pencucian yang terjadi secara terus menerus.

Tanah muda bisa kita tandai dengan melihat keadaan tanahnya yang masih bercampur dengan bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya yang belum sepenuhnya menjadi tanah. Butuh waktu sekitar 100 tahun untuk mencapai fase ini. Tanah aluvial, regosol dan litosol tergolong pada tanah fase ini.

Tanah dewasa dapat ditandai dengan adanya proses pembentukan Horizon B*. Pada horizon B mengandung besi, sedikit humus, karbonat dan tanah liat. Untuk mencapai fase sebagai tanah dewasa memerlukan waktu 100 hingga 1000 tahun. Adapun tanah jenis ini misalnya tanah andosol, latosol dan grumosol.

Tanah tua ditandai oleh proses pembentukan tanah yang berlangsung terus-menerus sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horizon A dan B. Contoh tanah pada tingkat tua yakni jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).

___________
*Horizon tanah merupakan irisan vertikal tanah dari mulai lapisan paling atas (Horizon 0) tanah hingga ke batuan induk tanah. Air hujan akan mencuci tanah pada Horizon A dan meloloskan bagian-bagian halus yang selanjutnya mengalir kebawah dan mengendap pada suatu lapisan yang disebut Horison B.

[color-box]Anjayani,Eni.2009.Geografi: Untuk Kelas X SMA/MA.Jakarta:PT. Cempaka Putih.
Hartono.2007.Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta.Bandung:CV Citra Paya.[/color-box]

Pos terkait