Candi Ijo Yogyakarta

Candi Ijo Yogyakarta

Candi Ijo merupakan candi Hindu yang dibangun di atas bukit yang memiliki ketinggian 475 dpl. Diperkirakan, candi ini dibangun pada abad ke 10 sampai 11 Masehi. Dinamakan “ijo” diambil dari nama bangunan ini berada yaitu di lereng pegunungan Ijo.

Secara administratif candi ini terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sejarah Candi Ijo Yogyakarta

Candi induk dan Candi Perwara di Kompleks Wisata Jogja Candi Ijo
Gambar. Candi induk dan Candi Perwara di Kompleks Wisata Jogja Candi Ijo (Foto: Siswa Team)

Penamaan “ijo” yang dalam bahasa jawa berarti hijau untuk pertama kalinya diceritakan dalam Prasasti Poh yang diperkirakan berasal dari tahun 906 Masehi.

Di dalam prasasti tersebut diceritakan tentang seorang hadirin yang hadir dalam sebuah upacara. Orang tersebut berasal dari desa yang bernama Wuang Ijo, penggalan kalimatnya sebagai berikut “…anak wanua i wuang ijo…”. Nah, jika benar demikian, maka nama ijo setidaknya telah berumur 1109 tahun hingga tahun 2015.

Candi Ijo merupakan candi yang mempunyai beberapa teras, semakin ke belakang terasnya semakin tinggi dan pusat candinya berada di teras belakang. Ciri khas ini mirip seperti Candi Barong yang berada sekitar 7 km dari Candi Ijo. Pola yang seperti ini merupakan pola yang langka, jika kita melihat candi-candi yang lain yang ada di Prambanan.

Pada umumnya, candi-candi memiliki pusat percandian berada di tengah-tengah misalnya Candi Prambanan, Candi Sewu atau Candi Plaosan. Hal ini didasari oleh sebuah konsep penataan ruang yang bersifat kosmis dengan pusat berupa puncak Gunung Meru, yang melambangkan tempat tinggal bagi para dewa.

Pola penataan candi dimana semakin ke belakang justru semakin tinggi seperti pada Candi Ijo merupakan hal yang sangat unik terutama untuk sebuah candi di Jogjakarta karena pola yang seperti ini banyak dijumpai pada percandian dari masa Jawa Timur.

Candi induk di Kompleks Candi Ijo
Gambar. Candi induk di Kompleks Candi Ijo (Foto: Siswa Team)

Dalam kitab-kitab dari India Kuno dijelaskan bahwa pemilihan lokasi untuk sebuah bangunan kuil untuk para dewa merupakan sebuah hal yang sangat berharga, bahkan hal ini dinilai lebih utama daripada bangunan kuilnya itu sendiri.

Selain itu, di dalam kitab India kuno tersebut juga diterangkan bahwa lahan atau tanah merupakan vastu (tempat tinggal) paling utama bagi para dewa. Nah, lahan seperti ini pada umumnya merupakan tanah yang subur dan tidak jauh dari sumber air atau mata air.

Di daerah atau kawasan Prambanan, candi-candi yang dibangun sekitar abad ke-9 Masehi menempati dua tipe lahan yang berbeda yang meliputi 2 jenis yaitu di dataran Prambanan dan Sorogedug yang terkenal tanahnya sangat subur sedangkan lahan tipe kedua berada pada perbukitan sisi selatan dan bukit Batur Agung yang juga merupakan bagian dari rangkaian pegunungan selatan.

Untuk Candi Ijo sendiri berada di atas perbukitan yang tanahnya tidak subur dan merupakan situs yang berada di daerah paling tinggi jika dibandingkan dengan candi-candi yang lainnya. Ini menandakan bahwa candi ini dibangun di daerah lahan yang bukan teruntuk bagi para dewa karena menempati tanah yang tidak subur dan jauh dari sumber atau mata air.

Dengan kata lain, pembangunan Candi Ijo tidak sesuai dengan petunjuk yang ada di kitab India Kuno. Hingga hari ini belum dapat dipastikan interpretasi mengenai hal ini. Dan ini akan membuat Candi Ijo menjadi semakin menarik dan unik.

Tiga buah candi perwara di Candi Ijo Yogyakarta
Gambar. Tiga buah candi perwara di Candi Ijo Yogyakarta (Foto: Siswa Team)

Pada tahun 1886, seorang administratur pabrik gula Sorogedug yang bernama H.E.Doorepal tanpa sengaja menemukan Candi ijo untuk pertama kalinya saat H.E.Doorepal sedang mencari lahan untuk penanaman tebu.

Situs Candi Ijo ini memiliki 11 teras dengan ketinggian yang berbeda-beda, semakin ke belakang terasnya semakin tinggi. Teras ini membujur dari barat ke timur dimana pada teras-teras tersebut terdapat gugusan bangunan candi. Dari keseluruhan gugusan candi ini dapat kita bedakan menjadi dua macam bagunan yaitu bangunan beratap dan bangunan tidak beratap.

Pada bangunan yang tidak beratap diperkirakan dulunya merupakan bangunan yang strukturnya terbuat dari kayu. Kemungkinan ini diperkuat dari ditemukannya sisa-sisa umpak batu.

Adapun bangunan inti candi ini berada di teras paling atas yaitu teras 11 yang disana dapat kita jumpai sebuah candi induk dengan tiga buah candi pewara yang berada di depan atau sisi barat candi induk (Baca juga: Candi Abang).

Upaya Pelestarian Candi Ijo

Candi Ijo telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 157/M/1998. Maka dari itu perlu upaya untuk melestarikan cagar budaya tersebut sesuai amanat UU RI nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya.

Upaya pelestarian Candi Ijo telah diwujudkan melalui berbagai kegiatan pemugaran yang dilakukan secara bertahap. Pemugaran yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan antara lain restorasi, rekonstruksi, rehabilitasi, konsolidasai serta konservasi dan pre-servasi.

Panorama dari teras XI
Gambar. Panorama dari teras XI (Foto: Siswa Team)

Pemugaran Candi Ijo telah dimulai sejak tahun 1980-an yaitu dengan melakukan pemugaran bagian candi induk. Pada tahun 2000 hingga 2003 juga telah dilakukan pemugaran terhadap tiga candi perwara yang berada di depan candi induk.

Pada tahun 2005, pagar teras XI untuk pertama kalinya dilakukan pemugaran yaitu sisi timur. Kegiatan ini kemudian dialnjutkan dengan memugar sebagian pagar sisi selatan pada tahun 2006 namun karena pada tanggal 26 Mei 2006 terjadi gempa bumi besar kegiatan pemugaran dihentikan. Pada bulan Maret sampai Agustus tahun 2008 pemugaran kembali telah dilakukan pada pagar sisi selatan dan barat.

Pada tahun 2009, upaya pemugaran pada pagar teras XI dilakukan kembali yaitu pagar sisi utara. Kemudian pemugaran candi K di teras VIII dilaksanakan pada tahun 2011. Pada tahun 2012 dilakukan pemugaran talud sisi selatan tangga teras XI dan selanjutnya pada tahun 2013 dilakukan pemugaran talud barat sisi utara tangga teras XI.

Selain dilakukan berbagai macam pemugaran juga dilakukan perawatan-perawatan terhadap fisik bangunan melalui konservasi material. Ini sangat penting karena lumut dan penggaraman dapat merusak batu candi.

Nah, kegiatan konservasi secara material ini berupa pembersihan secara mekanis, fisis, khemis dan pemberian atau pemolesan dengan bahan kimia yang mampu melindungi batuan candi (Baca juga: Candi Banyunibo).

Kemungkinan wilayah kawasan Candi Ijo lebih luas dari yang ada saat ini terutama di bagian lereng timur dan utara. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya bebatuan kuno oleh masyarakat yang sedang berladang dimana bebatuan kuno tersebut masih memiliki hubungan dengan candi ini. Namun karena terkendala pembebasan lahan, maka penelitian lebih lanjut belum dilakukan.

Foto isi di dalam candi perwara tengah, candi perwara di teras I dan isi di dalam candi induk
Gambar. a) isi di dalam candi perwara tengah, b) candi perwara di teras I dan c) isi di dalam candi induk

Didalam Candi Ijo terdapat lingga dan yoni sedangkan di dalam ketiga candi perwara-nya terdapat sesuatu yang berbeda-beda. Pada candi perwara sebelah selatan terdapat lingga, pada candi perwara bagian tengah terdapat lingga dan arca sapi sedangkan pada candi perwara bagian utara hanya terdapat lubang berbentuk persegiempat dengan panjang sekitar 1 meter, lebar 1 meter dan kedalaman 0,5 meter.

Kemungkinan ketiga candi perwara ini dulunya digunakan untuk memuja Dewa Wisnu, Brahma dan Siwa. Pada teras di bawahnya terdapat candi perwara yang jumlahnya banyak tapi masih dalam kondisi hancur dan belum dipugar. Hanya ada satu candi perwara yang sudah dipugar.

Peta Lokasi Candi Ijo Yogyakarta

Peta lokasi Candi Ijo Yogyakarta ini bisa di lihat pada peta di bawah ini.

Pos terkait