Pengertian Angin Lokal & Jenisnya

Gambar: Proses terjadinya hujan orografis dan angin fohn

(Angin bagian 1 dapat Anda baca disini…)

B. Angin lokal
Angin lokal adalah jenis angin yang hanya berhembus di wilayah-wilayah dan waktu-waktu tertentu saja. Beberapa contoh angin jenis ini antara lain yaitu angin darat-angin laut, angin gunung-angin lembah, angin siklon-angin antisiklon dan angin fohn.

1. Angin darat dan angin laut
Bagi penduduk di pesisir pantai pasti tidak asing dengan adanya angin darat dan angin laut. Sering angin jenis ini digunakan oleh nelayan tradisional untuk mengembangkan layar kapal guna mencari ikan. Angin darat bertiup dari daratan menuju laut sedangkan angin laut bergerak dari laut menuju darat.

Kita semua tahu bahwa daratan merupakan benda padat, oleh karenanya daratan akan lebih mudah untuk menerima dan melepas energi panas. Nah, akibatnya jika hari telah malam, maka suhu daratan akan lebih dingin daripada laut sehingga memiliki tekanan udara yang lebih besar. Hal ini mengakibatkan aliran angin berhembus dari daratan menuju lautan. Inilah yang dinamakan sebagai angin darat.

Pada siang hari, daratan akan lebih cepat menerima energi panas daripada laut sehingga tekanan di darat menjadi lebih rendah daripada laut. Hal ini mengakibatkan munculnya aliran angin dari laut menuju daratan. Inilah yang dinamakan sebagai angin laut.

Untuk lebih jelaskan, perhatikan gambar di bawah ini;

Gambar. Arah angin darat dan Angin laut (Sumber: Eni Anjayani,2009)
Gambar. Arah angin darat dan Angin laut (Sumber: Eni Anjayani,2009)

2. Angin gunung dan angin lembah
Pada wilayah pegunungan terdapat pula angin lokal yaitu angin gunung dan lembah yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara kedua wilayah tersebut. Pada pagi sampai menjelang siang hari, bagian lereng atau punggung pegunungan lebih dulu disinari Matahari dibandingkan dengan wilayah lembah. Akibatnya, wilayah lereng lebih cepat panas dan menjadi pusat tekanan rendah sedangkan suhu udara di daerah lembah masih relatif dingin sehingga menjadi pusat tekanan tinggi. Maka massa udara bergerak dari lembah ke lereng atau bagian punggung gunung massa udara yang bergerak ini disebut angin lembah. Pada malam hari, suhu udara di wilayah gunung sudah sedemikian rendah sehingga terjadi pengendapan massa udara padat dari wilayah gunung ke lembah yang masih relatif lebih hangat. Gerakan udara ini dikenal dengan angin gunung (Bambang Utoyo, 2006).

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut ini;

Gambar. Angin gunung dan angin lembah (Sumber: Eni Anjayani, 2009)
Gambar. Angin gunung dan angin lembah (Sumber: Eni Anjayani, 2009)

3. Angin siklon dan angin antisiklon
Angin siklon adalah angin yang berputar dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum dengan arah ke dalam. Angin antisiklon adalah angin yang berputar dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum dengan arah ke luar.

Pasti Anda akan bingung -apa sih maksud dari arah ke dalam/luar, iya kan ?- , nah biar lebih jelasnya, lihat gambar di bawah ini…

Gambar: Bagan angin siklon dan antisiklon (Sumber: Rahayu, Saptanti.2009. Nuansa Geografi)
Gambar: Bagan angin siklon dan antisiklon (Sumber: Rahayu, Saptanti.2009. Nuansa Geografi)

Garis-garis anak panah pada gambar di atas menunjukan arah angin. Yang perlu kita cermati yakni arah putaran anginnya, dimana pada bumi bagian utara arah angin siklon berputar berlawanan dengan arah jarum jam sedangkan angin antisiklon berputar searah jarum jam. Nah, sedangkan pada bumi bagian selatan putaran angin siklonnya akan searah dengan jarum jam sedangkan angin antisiklonnya berputar berlawanan dengan jarum jam.

4. Angin Fohn
Angin fohn merupakan angin yang bergerak menuruni pegunungan. Selain pada umumnya bersifat membawa panas dan kering, angin ini juga terjadi dalam satu rangkaian dengan hujan orografik.

Proses terjadinya angin fohn dimulai dengan gerakan massa udara dari wilayah pantai yang banyak mengandung uap air. Massa udara itu lalu naik melalui lereng gunung. Oleh karena naik, maka suhunya menjadi menjadi semakin berkurang (Ingat: setiap naik ketinggian 100 m dari permukaan laut, maka suhu akan turun sekitar 0,6°C). Akibat terus-menerus terjadi penurunan suhu, pada ketinggian tertentu terjadilah proses kondensasi (pengembunan) dan terbentuk awan yang selanjutnya dijatuhkan sebagai hujan orografis di daerah lereng pegunungan yang menghadap pantai.

Gambar: Proses terjadinya hujan orografis dan angin fohn
Gambar: Proses terjadinya hujan orografis dan angin fohn

Massa udara yang telah kering karena uap airnya telah dijatuhkan sebagai hujan ini terus bergerak menuruni lereng pegunungan yang membelakangi pantai (daerah bayangan hujan). Massa udara yang bergerak turun melintasi daerah bayangan hujan ini dinamakan angin fohn atau angin jatuh.

Oleh karena gerakan angin terus turun dari ketinggian, maka suhu angin akan mengalami peningkatan. Hal inilah yang menyebabkan pada umumnya angin fohn bersifat panas dan kering.

[color-box]Anjayani, Eni.2009. Geografi: Untuk Kelas X SMA/MA. Klaten: PT Cempaka Putih.
Hartono.2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: CV. Citra Praya.
Rahayu, Saptanti.2009. Nuansa Geografi. Solo: PT Widya Duta Grafika.
Utoyo, Bambang.2006.Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia. Bandung: PT. Pribumi Mekar.[/color-box]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar