Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara – Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan yang berdiri pada akhir abad ke-5 Masehi dengan raja yang terkenal bernama Purnawarman. Wilayah Tarumanegara meliputi hampir seluruh Jawa Barat, tepatnya dari sekitar Banten – Jakarta sampai Cirebon. Adanya kerajaan ini dibuktikan dari penemuan arsip-arsip sejarah seperti berita dari bangsa asing dan prasasti.
1) Berita dari bangsa asing
Salah satu sumber berita datangnya dari Claudius Ptolomeus di dalam bukunya yang berjudul Geography, ia menyebutkan bahwa ada sebuah kerajaan di timur jauh dengan kota yang bernama Argyre (perak atau merak), lebih tepatnya di Pulau Iabadium (Jawadwipa = Pulau Jelai = Pulau Jawa). Selain itu juga ada dari berita yang dibawa oleh seorang pendeta dari Khasmir, India, yang bernama Gunawarman. Ia menyatakan bahwa rakyat kerajaan Tarumanegara beragama Hindu.
Berita lainnya datang dari negeri Cina dengan pembawa berita yang bernama Fa-Hsien. Fa-Hsien merupakan seorang rahib Budha, ia menyatakan bahwa ada sebuah kerajaan yang bernama To-lo-mo. Pada tahun 414 M, Fa-Hsien bertolak dari Sailan (Sri Langka) menuju daerah asalnya, Cina. Setelah dua hari dalam perjalanan, kapal yang ia gunakan pecah akibat terjangan badai topan. Ia pun terdampar dan mendarat di Ye Po Ti (ejaan Cina bagi kata Jawadwipa yaitu Pulau Jawa). Para ilmuwan menduga bahwa yang ia darati adalah kerajaan Tarumanegara. Sumber berita terakhir datang dari masa Dinasti Tang dimana sekitar tahun 528-539 dan 666-669 M, datang seorang utusan dari To-lo-mo ke Cina. To-lo-mo merupakan ejaan untuk kerajaan Tarumanegara.
2) Berita dari prasasti
Terdapat tujuh buah prasasti yang mengungkap adanya kerajaan Tarumanegara yaitu:
a. Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor) berbunyi “Ini (bekas) dua kaki yang seperti kaki dewa Wisnu, ialah kaki Yang
Mulia Sang Purnawarman, raja negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia.”
b. Prasasti Pasir Kaleangkak (Bogor) berbunyi “Gagah, mengagumkan, dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang termasyhur Sri Purnawarman, yang memerintah di Taruma dan baju zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh. Ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa berhasil menggempur kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya”. Prasasti ini terletak di sebuah kebun jambu, sebelah barat Bogor.
c. Prasasti Kebon Kopi (Cibungbulang) berbunyi “Di sini tampak sepasang kaki … yang seperti Airawata, gajah penguasa Taruma yang agung dalam …dan kejayaan”. Prasasti ini terletak di hilir Cibungbulang.
d. Prasasti Tugu di dekat Cilincing, Jakarta. Isinya adalah sebagai berikut:
“Dahulu kali yang bernama Kali Chandrabhaga (= Kali Bekasi) digali oleh Maharaja Yang Mulia yang mempunyai lengan yang kencang dan kuat, yakni Raja Purnawarman. Setelah melewati istana baginda yang masyhur, kali itu dialirkan ke laut. Kemudian, di dalam tahun ke-22 dari takhta baginda, Raja Purnawarman yang berkilau karena kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji segala raja, memerintahkan pula menggali kali yang indah serta jernih airnya. Kali Gomati namanya. Kali ini mengalir di tengah-tengah kediaman Sang Pendeta Nenekda Sang Purnawarman. Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, yakni pada tanggal 8 paro peteng bulan Phalguna dan diakhiri pada hari tanggal 13 paro terang bulan Caitra. Galian itu panjangnya 6.122 tumbak. Untuk itu, diadakan selamatan yang dilaksanakan oleh para brahmana. Untuk selamatan itu, Raja Purnawarman mendharmakan seribu ekor sapi”.
e. Prasasti Pasir Awi. Isinya belum bisa terbaca.
f. Prasasti Muara Cianten. Isinya belum bisa terbaca.
g. Prasasti Cidangiang di desa Lebak, daerah Pandeglang, Banten. Prasasti ini berbunyi “Inilah keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguhnya dari raja dunia. Yang Mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja”.
Dari naskah Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara yang ditulis pada masa Kesultanan Cirebon pada 1680 M, diketahui bahwa ada raja penerus lainnya setelah raja Purnawarman. Tujuh raja kerajaan Tarumanegara bernama Suryawarman (535-561) kemudian dilanjutkan Kretawarman (628), Sudawarman (628-639), Dewamurti (639-640), Nagajayawarman (640-666), Linggawarman (666-669) dan Tarusbawa (669-670 M).
Negara Tarumanegara diperkirakan runtuh pada abad ke-7 karena setelah abad ini tidak terdengar lagi keberadaanya. Besar kemungkinan kerajaan ini telah ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya. Ini diperkuat dari beberapa bukti, antara lain:
1) Dalam prasasti Kota Kapur diterangkan bahwa pada tahun 686, Sriwijaya menghukum bumi Jawa karena tidak taat kepada Kerajaan Sriwijaya.
2) Sejak abad ke-7, Kerajaan Cina tidak pernah lagi menyebut adanya utusan yang datang dari atau ke Kerajaan Tarumanegara.
[color-box]Suwito, Triyono.2009.Sejarah 2 : Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah Program IPS Jilid 2 Kelas XI. Bandung:Penerbit Titian Ilmu.
Wardaya.2009.Cakrawala Sejarah 2 : untuk SMA / MA Kelas XI (Program Bahasa).Solo:PT. Widya Duta Grafika.[/color-box]