Pengumpulan Data

Faktor-Faktor yang memengaruhi komunikasi dalam wawancara.

1. Pengumpulan Data

Data bersumber dari subjek penelitian, yaitu yang dijadikan sampel dalam penelitian. Data adalah bahan keterangan yang berupa himpunan fakta-fakta, angka-angka, huruf-huruf, kata-kata, grafik, tabel, gambar, lambang-lambang, yang menyatakan suatu pemikiran, objek, kondisi,dan juga situasi. Menurut S. Nasution, data adalah kebenaran sementara dalam kondisi tertentu yang merupakan bagian dari fakta yang menjadi sumber pengamatan dalam penelitian. Data-data yang dikumpulkan dalam suatu penelitian berfungsi untuk mengetahui atau memperoleh gambaran tentang suatu masalah yang telah dirumuskan dan untuk membuat keputusan atau memecahkan masalah yang diteliti.

Untuk memenuhi validitas, data yang akan digunakan dalam penelitian paling tidak harus memenuhi persyaratan seperti berikut ini.

  • Objektif, artinya sesuai dengan kenyataan yang ada.
  • Representatif, artinya dapat mewakili sesuatu yang sifatnya lebih luas.
  • Kesalahan baku kecil.
  • Aktual.
  • Ada hubungannya dengan permasalahan yang hendak diteliti.

2. Jenis-Jenis Data

Ada beberapa jenis data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian dilihat dari berbagai sudut pandang.

a. Cara Memperoleh

Dilihat dari cara memperolehnya, kita mengenal data primer dan data sekunder.

1) Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber aslinya. Atau dapat dikatakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan dari sumber pertama.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari sumber asli atau sumber pertama. Atau dengan kata lain hasil dari pengumpulan data oleh pihak lain. Data sekunder ini dapat diperoleh dari majalah, jurnal-jurnal ilmiah, skripsi, tesis, desertasi, laporan penelitian terdahulu, surat kabar, internet, dan media lainnya.

b. Sumber

Menurut sumbernya, kita dapat mengklasifikasikan data menjadi data internal dan data eksternal.

1) Data internal adalah data yang menggambarkan keadaan di dalam suatu organisasi.

2) Data eksternal adalah data yang menggambarkan sesuatu di luar organisasi.

c. Sifat

Apabila dilihat dari sifatnya, data dapat kita menggolongkan menjadi data kualitatif dan data kuantitatif.

1) Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diwujudkan dengan angka, huruf, indeks, dan lain sebagainya yang

2) Bersifat numerik. Biasanya data ini bersifat verbal (kata-kata).

3) Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, tabel, indeks, huruf, atau dikatakan sebagai data yang bersifat numerik.

d. Waktu Pengumpulan

Dilihat dari waktu pengumpulannya, data dibedakan atas cross-section data dan time series data.

1) Cross-section data adalah data yang dikumpulkan pada waktu tertentu untuk menggambarkan keadaan waktu itu.

2) Time series data adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk menggambarkan suatu pertumbuhan.

e. Interpretasi (penafsiran)

Berdasarkan interpretasi atau penafsirannya, dapat digolongkan menjadi data faktual dan data nonfaktual.

1) Data faktual adalah data yang diperoleh dari subjek berdasarkan anggapan bahwa memang subjeklah yang lebih mengetahui keadaan sebenarnya dan peneliti berasumsi bahwa informasi yang diberikan oleh subjek adalah benar.

2) Data nonfaktual adalah data mengenai subjek penelitian yang perlu digali secara tidak langsung melalui cara-cara pengukuran, karena subjek biasanya tidak mengetahui faktanya.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Ada beberapa instrumen pengumpulan data dalam melakukan penelitian. Namun dalam bab ini hanya akan dibahas tiga instrumen yang sangat lazim digunakan dalam suatu penelitian, yaitu angket atau kuesioner (questionaire), wawancara (interview), dan observasi (observation).

a. Angket atau Kuesioner (Questionaire)

Angket atau kuesioner adalah instrumen penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah responden (sumber yang diambil datanya melalui angket). Angket atau kuesioner dapat disebut sebagai wawancara tertulis, karena isi kuesioner merupakan satu rangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden dan diisi sendiri oleh responden.

1) Jenis-Jenis Angket

Angket sebagai instrumen pengumpulan data dibuat untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian, kita mengenal beberapa jenis angket, yaitu sebagai berikut

a) Angket tertutup, yaitu angket yang apabila pertanyaannya disertai dengan pilihan jawaban yang sudah ditentukan oleh peneliti, dapat berbentuk ‘ya’ atau ‘tidak’, dan dapat pula berbentuk sejumlah alternatif atau pilihan ganda. Apabila jawaban terlebih dahulu ditentukan pilihannya, maka tertutuplah kesempatan bagi responden untuk menggunakan jawaban lain menurut keinginan sendiri.

b) Angket terbuka, yaitu angket yang apabila dalam daftar pertanyaan tidak diberi pilihan jawaban, sehingga memberi kebebasan kepada responden untuk menjawab sesuai dengan keinginannya sendiri. Dalam hal ini responden dapat leluasa untuk mengemukakan pendapat karena dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan keinginan mereka sendiri.

c) Kombinasi antara angket terbuka dan angket tertutup, yaitu angket di mana dalam daftar pertanyaan, selain menentukan atau memberikan alternative jawaban juga memberi keleluasan kepada responden untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan. Pembuatan angket ini misalnya dimulai dengan membuat angket tertutup dengan mengemukakan sejumlah alternative jawaban, setelah itu masih diberi kebebasan untuk memberi jawaban tambahan.

d) Angket langsung, yaitu angket di mana responden menjawab tentang dirinya.

e) Angket tidak langsung, yaitu angket di mana responden menjawab tentang orang lain.

2) Keuntungan dan Kelemahan Angket

Penggunaan angket dalam pengumpulan data memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan.

a) Keuntungan Angket

Dalam suatu penelitian, pengumpulan data dengan menggunakan angket memiliki beberapa keuntungan di antaranya adalah sebagai berikut.

(1) Tidak memerlukan kehadiran seorang peneliti.

(2) Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.

(3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing, dan menurut waktu senggang responden.

(4) Dapat dibuat anonim, sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab.

(5) Dapat dibuat terstandar, sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

(6) Mudah pengisiannya karena responden tidak perlu menuliskan buah pikirannya.

(7) Tidak memerlukan banyak waktu untuk mengisinya.

(8) Lebih besar harapan untuk dikembalikan.

(9) Lebih mudah pengolahannya.

(10) Dapat menjangkau responden dalam jumlah besar.

b) Kelemahan Angket

Selain mempunyai beberapa keuntungan, pengumpulan data dengan menggunakan angket juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya adalah sebagai berikut.

(1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab.

(2) Seringkali sukar diberi validitasnya.

(3) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.

(4) Seringkali angket tidak dikembalikan, terutama jika dikirim lewat pos.

(5) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama, sehingga terlambat.

(6) Pilihan jawaban mungkin tidak mencakup apa yang terkandung dalam hati responden.

(7) Jawaban responden sudah diarahkan oleh peneliti, sehingga kurang ada kebebasan secara leluasa dari responden.

(8) Jawaban dari responden terkadang seadanya, bisa jadi tidak dalam keadaan yang sesungguhnya, karena dalam pilihan jawaban ada yang paling baik, dan pilihan itu cenderung dipilih oleh responden, padahal dalam kenyataannya tidak seperti itu.

3) Petunjuk Pembuatan Angket

Angket adalah alat untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam memecahkan masalah penelitian. Masalah tersebut harus dirumuskan dengan jelas dan dianalisis menjadi submasalah yang dijadikan pegangan dalam mengemukakan hipotesis. Oleh karena itu dalam membuat angket kita hendaknya memerhatikan hal-hal berikut ini.

a) Memakai bahasa yang sederhana, karena yang dihadapi adalah orang-orang yang berbeda karakteristik dan pengetahuan, sehingga hindari istilah teknis, serta pilih kata-kata yang mengandung arti sama bagi semua orang.

b) Memakai kalimat yang pendek, karena kalimat majemuk, panjang, dan berbelit-belit akan mempersulit pemahaman responden.

c) Menghindari pertanyaan yang menyangkut harga diri dan bersifat pribadi.

d) Menyusun angket dengan sesingkat-singkatnya, sehingga tidak memakan waktu yang lama.

e) Dalam daftar pertanyaan hindari kata-kata yang menyinggung perasaan responden atau usaha untuk memberikan pemahaman kepada responden terhadap angket yang kita buat.

4) Validitas Angket

Validitas angket berkenaan dengan pertanyaan, apakah jawaban yang diberikan itu benar. Hal-hal yang dapat kita lakukan agar angket itu valid antara lain sebagai berikut.

a) Pertanyaan harus mudah dipahami dan tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda.

b) Pertanyaan harus berkenaan dengan topik permasalahan.

c) Pertanyaan harus menarik dan mendorong responden untuk menjawabnya.

d) Jawaban responden diusahakan dapat konsisten dari awal hingga akhir.

e) Jawaban yang diberikan dalam alternatif pilihan jawaban harus beragam (variatif) untuk menghindari kebosanan.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan, yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara adalah sebuah instrumen penelitian yang lebih sistematis. Dalam wawancara, pertanyaan dan jawaban yang diberikan dilakukan secara verbal. Biasanya komunikasi ini dilakukan dalam keadaan tatap muka, atau jika terpaksa dapat dilakukan melalui telepon. Hubungan dalam wawancara biasanya bersifat sementara, yaitu berlangsung dalam jangka waktu tertentu dan kemudian diakhiri. Dalam wawancara, orang yang dimintai informasi (sumber data) disebut dengan informan. Pewawancara harus dapat menciptakan suasana akrab, sehingga informan dapat memberikan keterangan yang kita inginkan dengan penuh kerelaan.

1) Maksud dan Tujuan Wawancara

Maksud diadakannya wawancara seperti dikemukakan oleh Guba dan Lincoln antara lain sebagai berikut.

a) Mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan.

b) Merekonstruksi kebulatan-kebulatan tersebut sebagai hal yang dialami pada masa lalu, dan memproyeksikan kebulatan-kebulatan tersebut sebagai sesuatu yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang.

c) Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain (informan).

d) Memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

2) Jenis-Jenis Wawancara

Dalam melakukan wawancara, peneliti membutuhkan pedoman atau panduan yang berupa daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan. Jadi hamper sama dengan angket, hanya saja jawaban atas pertanyaan dalam wawancara ditulis sendiri oleh pewawancara sesuai dengan jawaban lisan yang dikemukakan oleh informan. Oleh karena itu kita mengenal beberapa jenis wawancara yang menurut Guba dan Lincoln dibedakan atas berikut ini.

a) Wawancara oleh tim atau panel, yaitu wawancara yang dilakukan tidak hanya oleh satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seorang yang diwawancarai.

b) Wawancara tertutup, yaitu jenis wawancara yang umumnya informan tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka sedang diwawancarai untuk keperluan tertentu. Bentuk seperti ini cenderung akan menyinggung perasaan informan, sehingga umumnya dihindari dalam sebuah penelitian.

c) Wawancara terbuka, yaitu jenis wawancara di mana informan mengetahui secara pasti bahwa mereka sedang diwawancarai dan paham akan maksud wawancara tersebut.

d) Wawancara riwayat secara lisan, yaitu wawancara yang dilakukan terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah atau yang telah membuat karya ilmiah, sosial, pembangunan, perdamaian, dan sebagainya. Maksud wawancara ini untuk mengungkap riwayat hidup, pekerjaan, kesenangan, ketekunan, pergaulan, dan sebagainya.

e) Wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pelakunya menetapkan sendiri permasalahannya dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Sebelum diadakan wawancara sudah dibuat daftar pertanyaan yang sangat urut dan terstruktur. Pada jenis ini jarang terdapat pertanyaan yang bersifat pendalaman (probing) yang dapat mengarahkan informan agar jangan sampai mengungkap kebohongan.

f) Wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara jenis ini tidak disusun terlebih dahulu, dan biasanya pertanyaan ini mengalir begitu saja, mengikuti alur pembicaraan yang telah diciptakan.

3) Keuntungan dan Kelemahan Wawancara

Segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia pasti mengandung keuntungan dan kelemahan. Begitupun juga dalam wawancara.

a) Keuntungan Wawancara

Keuntungan wawancara sebagai instrumen penelitian adalah sebagai berikut.

(1) Dapat memperoleh keterangan sedalam-dalamnya tentang suatu masalah, khususnya yang berkenaan dengan pribadi seseorang.

(2) Peneliti dapat dengan cepat memperoleh informasi yang diinginkan.

(3) Peneliti dapat memastikan bahwa informan yang memberi jawaban.

(4) Peneliti berusaha agar pertanyaan betul-betul dipahami oleh informan.

(5) Wawancara memungkinkan fleksibilitas dalam cara-cara bertanya.

(6) Pewawancara yang sensitif dapat menilai validitas jawaban berdasarkan gerak-gerik, nada, dan raut muka dari informan.

(7) Informasi yang diperoleh akan lebih dipercayai kebenarannya karena salah tafsiran dapat

diperbaiki pada saat wawancara dilakukan.

(8) Informan lebih bersedia mengungkapkan keterangan dan lebih leluasa dalam pengungkapannya.

b) Kelemahan Wawancara

Di samping keuntungan, wawancara juga memiliki sejumlah kelemahan, di antaranya adalah sebagai berikut.

(1) Jawaban verbal diragukan validitasnya.

(2) Peneliti sendiri tidak konstan keadaannya.

(3) Apabila proses wawancara tidak dilakukan oleh peneliti sendiri, akan terdapat salah tafsir dari pihak yang diberi tugas untuk melakukan wawancara. Selain itu, karakteristik pribadi informan tidak terekam oleh peneliti itu sendiri.

(4) Banyak kendala dalam pengolahan hasil wawancara.

(5) Belum ada sistem baku yang ada untuk pencatatan hasil wawancara, sehingga peneliti cenderung mengembangkan sendiri cara pencatatan hasil wawancara.

(6) Memakan banyak waktu, tenaga, biaya, dan pikiran.

(7) Menemui informan tidak mudah, sehingga peneliti harus menyesuaikan dengan waktu informan. Hal itu karena kita yang membutuhkan dia, bukan dia yang membutuhkan kita.

4) Prosedur Wawancara

Pewawancara harus memiliki perencanaan ketika akan melakukan wawancara ke tempat tinggal informan, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Untuk itu ada beberapa patokan prosedur yang perlu diperhatian, yaitu sebagai berikut.

a) Mengutamakan informan yang tempat tinggalnya relatif lebih dekat.

b) Memilih waktu yang tepat untuk berkunjung.

c) Seandainya pewawancara tidak bertemu dengan informan, maka usahakan mencari informasi kepada salah seorang anggota keluarganya atau tetangganya tentang kapan kunjungan ulang sebaiknya dilaksanakan.

d) Pewawancara harus bijaksana dalam mengatur perjanjian dan melaksanakan kunjungan.

e) Kunjungan sebaiknya dilakukan oleh pewawancara seorang diri.

f) Dalam wawancara, sebaiknya usahakan agar informan tidak bersama dengan orang lain agar jawaban yang diberikan informan bersifat orisinil dan tidak dipengaruhi oleh orang lain.

5) Sikap Pewawancara

Pada saat melakukan wawancara, pewawancara harus memiliki sikap-sikap berikut ini.

a) Netral, artinya pewawancara tidak memberikan reaksi dalam bentuk apa pun terhadap jawaban yang diberikan informan.

b) Adil, artinya pewawancara harus memperlakukan semua informan sama dan tidak memihak, agar informan merasa aman dalam memberikan jawaban atau keterangan.

c) Ramah dalam mewawancarai, artinya pewawancara harus selalu bersikap ramah dan wajar, tanpa dibuat-buat, segar, berpenampilan rapi, serta menarik.

d) Hindari ketegangan, artinya pewawancara harus dapat menciptakan suasana santai tapi serius, sehingga akan menghilangkan kesan seolah-olah informan sedang diuji, agar informan tidak merasa tegang.

6) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Komunikasi dalam Wawancara

Menurut Donald P. Warwick dan Charles A. Lininger, ada empat faktor yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi dalam wawancara. Keempat hal itu akan ditunjukkan dalam bagan berikut ini.

Faktor-Faktor yang memengaruhi komunikasi dalam wawancara.
Bagan 1. Faktor-Faktor yang memengaruhi komunikasi dalam wawancara.

c. Observasi (Observation)

Observasi adalah suatu aktivitas peneliti melalui proses pengamatan dengan menggunakan pancaindra. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia, keadaan, kondisi, atau situasi dari objek yang diteliti dan mencatat setiap keadaan yang diamatinya. Dengan observasi peneliti melihat sendiri mengenai segala sesuatu atau segala kejadian yang ada di masyarakat.

Untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya mengumpulkan data mengenai aspek tingkah laku manusia atau proses perubahan suatu hal yang tampak, observasi merupakan instrumen yang tepat atau baik. Kita mengenal beberapa jenis observasi sebagai instrumen pengumpulan data, yaitu observasi langsung, tidak langsung, sistematis, dan nonsistematis.

1) Observasi Langsung (Direct Observation)

Pada kegiatan observasi langsung, peneliti langsung terjun ke lapangan sebagai sasaran penelitian untuk melihat keadaan atau fenomena yang terjadi di sana. Dengan begitu, peneliti dapat lebih mengenal karakteristik lokasi, fenomena, dan juga subjek penelitian, dalam hal ini adalah masyarakat yang hendak diteliti.

Observasi langsung ini dapat kita bedakan atas observasi berperan serta dan observasi tidak berperan serta.

a) Observasi Berperan Serta (Participant Observation)

Dalam observasi ini, pengamat atau peneliti berbaur dengan anggota masyarakat, dan seolah-olah dia adalah anggota masyarakat tersebut. Pengamat tidak memberi batasan bahwa ia adalah seorang peneliti yang hendak menggali data di lokasi tersebut. Ini merupakan keuntungan dari jenis observasi berperan serta karena proses wawancara atau pengamatan terhadap hal-hal yang sifatnya penting sangat mudah untuk dilakukan, karena telah terjadi pembauran dengan masyarakat setempat.

b) Observasi Tidak Berperan Serta (Nonparticipant Observation)

Observasi ini berarti bahwa seorang pengamat melakukan observasi langsung, tetapi tetap member batasan bahwa dia adalah seorang peneliti atau pengamat yang berdiri di luar sistem. Pengamat tetap berada sebagai pengamat untuk melakukan observasi terhadap fenomena yang hendak diteliti. Dalam melakukan observasi pengamat tidak berbaur dengan masyarakat yang ada dalam sasaran penelitian.

2) Observasi Tidak Langsung (Indirect Observation)

Observasi tidak langsung merupakan kegiatan pengamatan yang tidak dilakukan pada tempat atau lokasi yang telah ditentukan oleh peneliti. Peneliti dapat menggunakan media, seperti internet, media cetak, rekaman audio visual, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang memiliki latar permasalahan yang sama dengan yang akan diteliti.

3) Observasi Sistematis (Systematic Observation)

Observasi sistematis adalah kegiatan pengamatan di mana pengamat dalam proses pengamatannya menggunakan instrumen seperti tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara, dan agenda yang berisi fenomena yang diamati, sehingga peneliti hanya tinggal membubuhkan tanda check atau centhang pada kolom yang telah dipersiapkan sebelumnya.

4) Observasi Nonsistematis (Nonsystematic Observation)

Observasi ini merupakan kegiatan pengamatan di mana pengamat dalam proses pengamatannya tidak menggunakan instrumen pengamatan. Pengamat hanya mengandalkan pancaindranya untuk melihat dan menyaksikan fenomena yang akan dijadikan sasaran penelitian, tanpa menggunakan alat bantu observasi.

Menurut S. Nasution, dalam observasi perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini.

1) Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.

2) Harus ditentukan subjek mana yang akan diobservasi.

3) Harus diketahui dengan jelas data apa yang harus dikumpulkan yang relevan dengan tujuan penelitian.

4) Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data.

5) Harus diketahui bagaimana cara mencatat hasil observasi.

Daftar Pustaka
Wrahatnala, Bondet. 2009. Sosiologi 3 untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Pos terkait