Paradigma Geografi Tradisional dan Kontemporer – Setelah mempelajari tentang konsep-konsep geografi, selanjutnya kita akan membahas tentang paradigma geografi. Nah, kemudian pertanyaan muncul “Apa itu paradigma?”, paradigma merupakan sebuah cara pandang.
Dalam ranah keilmuwan, maka cara pandang disini adalah cara pandang secara keilmuwan yang meliputi asumsi-asumsi, prosedur serta penemuan yang diakui dan diterima oleh sekelompok ilmuwan-ilmuwan yang pada akhirnya diakui juga oleh masyarakat.
Harvey dan Holly membagi paradigma geografi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Paradigma Metafisika (metaparadigm) merupakan cara pandang yang memandang sebuah ilmu secara keseluruhan atau mencakup skala global dimana memiliki fungsi dasar yakni menetapkan semua yang menjadi urusan masyarakat ilmiah tertentu, membantu atau memberi petunjuk kepada para ilmuwan untuk mengetahui urusannya dan menemukan apa saja yang harus ditemukan apabila si ilmuwan tersebut melakukan penelitian sesuai bidang keilmuannya.
Baca juga: Metode penelitian geografi
b. Paradigma Sosiologis merupakan cara pandang yang memandang sebuah ilmu secara terbatas dimana hanya menyangkut pada keberhasilan ilmiah yang secara nyata atau konkret diakui oleh secara umum (universal). Paradigma sosiologis memiliki ruang lingkup yang lebih sempit daripada paradigma metafisika.
Baca juga: Sejarah geografi
c. Paradigma Artefak (Construct paradigm) memiliki makna yang lebih sempit daripada paradigma sosiologis dimana hanya menyangkut apa-apa yang secara spesifik ada di dalam buku, istrumen atau karya-karya pengetahuan klasik.
Mengapa terjadi perubahan paradigma geografi?
Terjadinya pergeseran paradigma atau cara pandang ini disebabkan karena berkembangnya kualitas alat-alat bantu yang digunakan dalam penelitian dan perkembangan metode analisis yang digunakan. Nah, pergeseran ini terjadi dalam kurun waktu yang lama.
Nah, sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang terus mengalami perkembangan, geografi juga mengalami perubahan cara pandang atau pergeseran paradigma dalam studinya dari masa tradisional hingga masa kontemporer.
A. Paradigma Geografi Tradisional
Paradigma geografi tradisional dimulai sejak tahun 1960-an dimana terbagi menjadi tiga paradigma, yaitu:
1. Paradigma Eksplorasi
Paradigma eksplorasi dapat ditandai dari adanya penemuan-penemuan daerah yang baru sehingga dilakukan pengumpulan fakta, pemetaan dan penggambaran pada daerah yang baru tersebut.
Hasil dari pengumpulan fakta-fakta terkait daerah yang baru ini dapat digunakan untuk menyempurnakan informasi yang telah ada. Beberapa pihak menilai, ini merupakan era geographical thought (gagasan secara geografi) dimana akan mengahasilkan deskripsi dan pengklasifikasian data secara sederhana.
2. Paradigma Environmentalisme
Ini merupakan kelanjutan dari paradigma yang telah lalu dimana akan menghasilkan data yang lebih akurat dan lebih mendetail. Paradigma ini sangat populer diakhir abad ke-XIX misalnya hasil analisis yang mendalam seperti analisis morfometrik, sebab akibat, analisis hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Disini kehidupan manusia dipandang masih dapat dipengaruhi oleh lingkungan alam.
3. Paradigma Regionalisme
Paradigma ini memunculkan konsep-konsep region yang disebabkan adanya sistesis hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Misalnya pembagian wilayah berdasarkan tipe tanah atau berdasarkan fungsi wilayah dan sebagainya.
Artikel lainnya: Pendekatan geografi
B. Paradigma Geografi Kontemporer
Paradigma geografi kontemporer merupakan paradigma geografi saat ini yang ditandai dengan berkembangnya metode analisis kuantitatif, model building dan analisis keruangan.
Coffey yang merupakan seorang geograf berpendapat bahwa paradigma ini memiliki ciri yaitu adanya spesialisasi dalam geografi sehingga studi geografi terlihat seolah-olah terpisah.
Nah, kondisi ini mendorong munculannya pendekatan sistem dalam ilmu geografi yang membuat geografi kembali pada fitrahnya (tidak melebar dari objek studi geografi sendiri).
Daftar Pustaka
Anjayani,Eni.2009.Geografi: Untuk Kelas X SMA/MA.Jakarta:PT. Cempaka Putih.