Tipe-Tipe Kelompok Sosial

Macam-Macam Tipe Kelompok Sosial atau Tipe-Tipe Kelompok Sosial
Macam-Macam Tipe Kelompok Sosial atau Tipe-Tipe Kelompok Sosial

Tipe-Tipe Kelompok Sosial – Sudah menjadi fakta sosiologis-antropologis bahwa adanya kemajemukan atau keragamaan kepulauan menjadi fondasi bagi kemajemukan bangsa Indonesia yang di dalamnya menyimpan kekayaan etnik-suku, agama, bahasa, tradisi dan adat istiadat.

Adanya kemajemukan ini sebenarnya menjadi kekayaan kultural yang begitu tinggi nilainya, sekaligus menyimpan berbagai aneka macam keindahan dan tebaran pesona yang mengundang decak kagum bagi siapa pun yang menghayati dan menikmatinya, seperti aneka tarian, arsitektur rumah adat, candi, kerajinan tangan dan jenis makanan.

Begitu pula dengan adanya keragamaan sistem sosial di dalam masyarakat (nusantara) memunculkan pula mekanisme dan pola kepemimpinan yang satu sama lain memiliki keunikan atau kekhasan. Agama dan identitas etnik terkadang berpengaruh pula dalam jalinan pola kemasyarakatan dengan semangat toleransi dan pluralisme yang begitu tinggi.

Dalam suatu masyarakat pastilah terdapat berbagai ragam jenis dan corak kelompok sosial, terlebih lagi dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang tersusun atas kemajemukan-kemajemukan dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari keadaan geografis, kepentingan-kepentingan masyarakatnya, suku bangsanya, sampai pada ras manusianya.

Macam-Macam Tipe Kelompok Sosial

Berbagai tipe kelompok sosial dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam tipe-tipe tertentu. Adapun tipe-tipe tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Sosial menurut Proses Terbentuknya

Menurut proses terbentuknya, kelompok sosial dapat dibedakan menjadi:

a. Kelompok semu

Kelompok semu merupakan kelompok orang-orang yang bersifat sementara. Kelompok sosial ini tidak memiliki struktur, ikatan, kesadaran jenis, atau aturan. Biasanya kelompok semu ini terjadi secara spontan atau tiba-tiba. Sebagai contoh yang mungkin sering dilihat yaitu berkumpulnya orang-orang ketika terjadi peristiwa tabrakan.

Baca juga: Bentuk struktur sosial masyarakat

Orang-orang yang berkumpul tadi tidak ada yang memerintahkan untuk berkumpul. Mereka juga tidak memiliki aturan, bukan atas dasar kesadaran perasaan yang sama, dan juga mereka tidak mempunyai ikatan antara satu dengan lainnya.

Ketika proses evakuasi tabrakan tersebut telah selesai, maka satu per satu orang meninggalkan tempat tersebut. Akhirnya tempat tersebut kembali sepi. Hal ini berarti kelompok tersebut adalah semu dan bersifat sementara. Adapun ciri-ciri kelompok semu adalah:

1) tidak direncanakan karena terjadi secara spontan,

2) tidak terorganisasi sehingga tidak berstruktur,

3) tidak ada interaksi, interelasi, dan komunikasi yang berlangsung lama(langgeng),

4) tidak ada kesadaran kelompok, dan

5) kehadirannya bersifat sementara.

Atas dasar ciri-cirinya tersebut, maka kelompok semu ini juga dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

1) Kerumunan (crowd)

Kerumunan merupakan berkumpulnya orang-orang pada saat tertentu secara cepat tanpa ada ikatan organisasi. Himpunan manusia yang termasuk kerumunan, yaitu:

a) Penonton pasif (formal audience)

Penonton pasif (formal audience), yaitu kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan tujuan yang sama erat dan mempunyai sifat pasif. Pada kelompok sosial ini interaksi sosialnya sangat dibatasi bahkan dihindari.

Masing-masing individu mempunyai perhatian tertentu yang tidak ingin diganggu.Contohnya penonton di dalam gedung film dan pendengar khotbah.

Khotbah adalah bagian dari suatu peristiwa ibadah. Dalam khotbah terjadi komunikasi searah yaitu orang yang berkhotbah kepada para pendengar.

Suasana khotbah diharapkan khidmat dan tertib sehingga pendengar khotbah dilarang berbicara. Mereka harus mendegarkan, dan jika terjadi suara atau pembicaraan akan ditegur oleh orang di sebelahnya. Pendengar khotbah sangat pasif karena hanya mendengarkan materi dari peristiwa tersebut.

b) Kelompok ekspresif (planned expressive group)

Kelompok ekspresif (planned expressive group), yaitu kerumunan yang mementingkan tujuan dari pada pusat perhatian. Orang-orang berkumpul dengan tujuan yang sama tanpa memandang apa yang menarik perhatian mereka. Contohnya orang yang berkumpul di pantai untuk berekreasi, orang yang sedang pesta, dan sebagainya.

Turis yang berada di pantai untuk menikmati pemandangan pada saat liburan datang dari berbagai kelompok sosial dengan tujuan yang sama. Mereka bertujuan untuk berlibur dan memilih daerah pantai sebagai tempat berlibur. Pusat perhatian mereka mungkin saja berbeda-beda seperti ada yang sedang memperhatikan ombak, ada yang memperhatikan tiupan angin, dan sebagainya.

c) Kelompok saling tidak senang (inconvinient causal crowds)

Kelompok saling tidak senang (inconvinient causal crowds), yaitu kerumunan sementara yang tidak menyukai kehadiran orang lain sebab dapat menghambatnya untuk mencapai tujuan. Contohnya orang yang sedang antri karcis. Orang tersebut agak kurang senang bila ada orang lain karena kehadiran orang lain tersebut dapat menghambatnya mencapai tujuan.

Setiap orang yang mengantri karcis akan mempunyai harapan untuk segera mendapatkan karcis. Semakin banyak orang berantri, maka semakin kecil peluang untuk memperoleh karcis. Oleh karena itu, orang lain dianggap sebagai penghambat untuk mencapai tujuan. Tetapi perlu diingat bahwa budaya mengantri adalah budaya yang baik dan perlu dikembangkan.

d) Kerumunan panik (panic causal crowds)

Kerumunan panik (panic causal crowds), yaitu kerumunan orang yang dalam keadaan panik untuk menyelamatkan diri dari bahaya. Contohnya ketika sedang terjadi gempa semua orang berkumpul di depan rumah.

Suatu tragedi yang sangat memilukan pernah terjadi di Nanggroe Aceh Darusalam, tepatnya pada tanggal 26 Desember 2004. Pasalnya terjadi gempa bumi yang mencapai kekuatan 9 skala ricther yang mengakibatkan munculnya gelombang pasang, yang dikenal dengan tsunami.

Karena cepat dan dahsyatnya bencana tersebut, banyak orang tidak sempat menyelamatkan diri. Bahkan orang yang berhasil menyelamatkan diri sekali pun harus melalui perjuangan yang keras dan harus melawan kepanikan yang sangat luar biasa.

Semua orang diliputi oleh kepanikan yang tinggi, saling berebut kesempatan agar dapat menyelamatkan diri. Dari hal tersebut dapat dibayangkan bagaimana kacau dan paniknya keadaan pada saat itu.

e) Kerumunan emosional (acting lawless crowds)

Kerumunan emosional (acting lawless crowds), yaitu kerumunan yang menggunakan kekuatan fisik untuk melawan norma-norma pergaulan hidup yang bersangkutan, contohnya pengeroyokan.

f) Kerumunan tak bermoral (immoral lawless crowd)

Kerumunan tak bermoral (immoral lawless crowd),yaitu kerumunan orang yang tindakannya melawan norma pergaulan hidup dan tidak mempunyai tujuan yang jelas. Contohnya kumpulan orang yang mabuk dan pecandu narkotika dan obat-obatan terlarang.

2) Massa (mass)

Massa mempunyai kemiripan ciri dengan kerumunan tetapi proses terbentuknya agak berbeda. Pada massa ada sebagian pembentukan yang disengaja dan ada sebagian yang terjadi secara spontan. Contohnya adalah pengumpulan orang-orang di sebuah lapangan/jalan untuk melakukan demonstrasi.

3) Publik (public)

Terbentuknya publik hampir sama dengan massa tetapi tidak dalam tempat yang sama. Publik mempunyai anggota yang tersebar tanpa batas wilayah formal. Contohnya adalah publik pendengar pidato presiden yang disiarkan oleh Radio. Para hadirin yang datang pada pidato tersebut merupakan massa. Sedangkan seluruh pendengar radio yang memperhatikan pidato adalah publik.

b. Kelompok nyata

Kelompok sosial yang nyata mempunyai berbagai bentuk tetapi ada satu ciri yang sama, yaitu kehadirannya bersifat tetap. Hampir pada semua kelompok sosial yang terjadi di masyarakat merupakan kelompok nyata.

Adapun bentuk-bentuk kelompok nyata adalah:

1) Kelompok statistik (statistick group)

Kelompok statistik merupakan kelompok dalam arti analitis saja. Ciri-ciri dari kelompok ini adalah:

a) tidak direncanakan tetapi bukan berarti terjadi secara spontan,

b) tidak terorganisir dalam satu wadah tertentu,

c) tidak ada interaksi, interelasi, dan komunikasi yang berlangsung lama (langgeng),

d) tidak ada kesadaran berkelompok, dan

e) kehadirannya bersifat tetap.

Kelompok statistik ini biasanya digunakan sebagai sarana penelitian. Agar penelitian mudah dilakukan, maka masyarakat dikelompokkan sesuai dengan kepentingannya. Contohnya kelompok laki-laki dan wanita, kelompok anak-anak, kelompok pengusaha, dan sebagainya.

2) Kelompok kemasyarakatan (societal group)

Kelompok kemasyarakatan adalah kelompok yang di dalamnya terdapat persamaan kepentingan pribadi diantara para anggotanya, tetapi kepentingan tersebut bukanlah kepentingan bersama. Kelompok kemasyarakatan mempunyai ciri-ciri:

a) tidak direncanakan tetapi sudah ada dengan sendirinya,

b) kemungkinan berkelompok dalam suatu wadah tertentu,

c) kemungkinan ada interaksi, interelasi, dan komunikasi,

d) kemungkinan terjadi kesadaran berkelompok, dan

e) kehadirannya tetap.

Kelompok kemasyarakatan dapat mempunyai wilayah yang tidak terbatas. Contohnya kelompok yang memiliki kesamaan warna kulit, kelompok masyarakat suku Jawa, dan sebagainya.

3) Kelompok sosial (social group)

Kelompok sosial oleh para ahli sosiologi sering disebut kelompok masyarakat “khusus”. Sering kali kelompok ini terjadi karena ikatan pekerjaan, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, dan sebagainya. Ciri-ciri kelompok sosial adalah:

a) tidak direncanakan tetapi sudah ada dengan sendirinya,

b) kemungkinan berkelompok dalam suatu wadah tertentu,

c) ada interaksi dan interelasi sehingga terjadi komunikasi,

d) ada kesadaran berkelompok, dan

e) kehadirannya tetap.

Kelompok sosial agak berbeda dengan kelompok terdahulu karena di antara para anggotanya sudah terjadi interaksi dan interelasi yang terus menerus sehingga terjadi komunikasi. Contohnya kelompok teman bermain, tetangga, dan sebagainya.

4) Kelompok asosiasi (associational group)

Kelompok asosiasi mempunyai bentuk yang tetap. Ciri-ciri kelompok asosiasi adalah:

a) terjadi karena sengaja direncanakan/dibuat,

b) terorganisir dalam suatu wadah,

c) ada interaksi, interalasi, dan komunikasi secara terus menerus,

d) kesadaran berkelompok sangat kuat, dan

e) kehadirannya bersifat tetap.

Kelompok asosiasi paling mudah dikenali karena adanya wadah tertentu. Contohnya partai politik, perkumpulan olah raga, dan sebagainya.

2. Kelompok Sosial menurut Ikatannya

Kelompok sosial ini didasarkan atas keeratan ikatan antaranggotanya. Ferdinand Tonies (Dalam Soerjono Soekanto, 402 ; 2005) membagi kelompokini menjadi 2 yaitu, Gemeinschaft dan Gesellschaft. Kedua kelompok ini oleh Djojodiguno kemudian dikenalkan dengan istilah Paguyuban dan Patembayan.

a. Paguyuban (gemeinschaft)

Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan.

Kehidupan tersebut juga bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan lain sebagainya.

Paguyuban pada dasarnya merupakan kelompok sosial yang terjadi karena ikatan darah (garis keturunan) misalnya perkawinan, kerabat, suku bangsa, dan sebagainya. Pada kelompok sosial ini, rasa kebersamaan, solidaritas sosial, dan perasaan sangat kuat diantara anggotannya.

Contoh dari paguyuban yaitu perkumpulan keluarga Minang di Jakarta, Perkumpulan Darah Martowikraman, dan sebagainya. Selain itu paguyuban juga dipengaruhi oleh ikatan tempat (paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal) dan paguyuban karena jiwa-pikiran.

Paguyuban karena jiwa-pikiran merupakan suatu gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran, serta ideologi yang sama. Ikatan dalam paguyuban semacam ini biasanya tidak sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.

b. Patembayan (gesellschaft)

Patembayan merupakan kelompok sosial yang terbentuk atas dasar kepentingan tertentu. Seseorang akan menjadi anggota patembayan dengan memperhitungkan untung rugi. Jadi, pada kelompok sosial ini masing-masing anggota menggunakan rasionya untuk bergabung dalam kelompok.

Bila anggota merasa sudah tidak perlu lagi terhadap kelompok, maka ia dapat keluar dari kelompok tersebut. Oleh karena itu, ikatan antaranggotanya bersifat longgar. Contohnya perusahaan, Perkumpulan PKK, dan sebagainya.

3. Komunitas

Komunitas merupakan kelompok sosial yang dibatasi oleh wilayah geografis yang jelas. Komunitas ini sering dinamakan dengan istilah masyarakat setempat. Dasar dalam suatu komunitas yaitu batas wilayah dan kesadaran berkelompok. Contohnya RT, RW, Kelurahan, SMA Y, dan sebagainya.

Adapun unsur-unsur perasaan yang terdapat dalam komunitas adalah:

  • Seperasaan, unsur seperasaan ini sebagai akibat seseorang yang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang yang berada dalam kelompok tersebut.
  • Sepenanggungan, setiap individu sadar akan perannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat atau kelompoknya sendiri.
  • Saling memerlukan, individu yang tergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung pada komunitasnya yang meliputi kebutuhan fisik maupun psikologis.

Dalam mengadakan klasifikasi masyarakat setempat (komunitas), dapat digunakan 4 (empat) kriteria yang saling berkaitan, yaitu:

  • jumlah penduduk,
  • luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk,
  • fungsi-fungsi khusus anggota komunitas terhadap seluruh masyarakat atau komunitas, dan
  • organisasi masyarakat setempat atau komunitas yang bersangkutan.

4. Organisasi Sosial

Kelompok sosial yang paling jelas keberadaannya adalah asosiasi. Kelompok asosiasi ini mempunyai struktur yang jelas dan memiliki kesadaran kelompok yang kuat, tetapi ikatan kelompoknya relatif longgar. Semakin berkembang tingkat kehidupan masyarakat, maka semakin berkembang pula ragam kebutuhan.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka dibuatlah wadah-wadah yang dapat mengorganisir anggota kelompok. Oleh karena itu, perkembangan kelompok asosiasi menjadi organisasi sosial semakin nyata. Organisasi merupakan kesatuan orang-orang dengan struktur dan pembagian kerja yang jelas.

Jadi, pengertian organisasi sosial adalah kesatuan orang-orang dengan struktur dan pembagian kerja yang jelas sebagai akibat hubungan sosial yang terjadi di dalam masyarakat.

a. Ciri-ciri organisasi sosial

Organisasi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Memiliki keanggotaan yang bersifat formal. Artinya, untuk menjadi anggota organisasi tersebut harus melalui seleksi yang ditetapkan oleh organisasi. Dalam organisasi sosial ada ikatan formal pada anggota untuk mematuhi aturan yang ditetapkan organisasi.

2) Status dan peran dari masing-masing anggota sesuai dengan struktur organisasi sehingga jelas. Anggota memainkan perannya sesuai dengan status yang dimilikinya.

3) Rumusan organisasi jelas. Tujuan yang telah ditetapkan organisasi sudah jelas dan dijunjung tinggi oleh seluruh anggota. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh anggota tidak boleh menyimpang dari tujuan organisasi. Visi dan misi organisasi telah dipahami oleh seluruh anggota.

4) Memiliki identitas yang jelas. Identitas merupakan suatu simbol yang menunjukkan organisasi. Biasanya identitas menjadi suatu kebanggaan para anggota. Identitas mencakup tujuan dan informasi tentang organisasi yang bersifat kolektif. Identitas ini dapat berupa kartu anggota, logo, bendera, dan sebagainya.

Dalam sebuah organisasi sosial, faktor keanggotaan sangat penting karena dapat menunjukkan status dan peran masing-masing anggota. Karena dengan keanggotaan yang jelas dapat ditetapkan pula pembagian kerja yang lebih jelas dan rinci. Misalnya tugas hak dan kewajiban sebagai ketua organisasi, sekretaris, bendahara, seksi, dan sebagainya akan berbeda dengan tugas, hak, dan kewajiban anggota biasa.

Beberapa aspek yang berhubungan erat dengan keanggotaan organisasi ( Huky) yaitu:

1) Keanggotaan diperoleh melalui suatu syarat dengan kualifikasi tertentu. Seseorang baru dapat diterima sebagai anggota apabila telah memenuhi syarat tersebut.

2) Seorang anggota mempunyai hak dan kewajiban yang telah ditetapkan. Dalam hal ini seorang anggota akan dituntut untuk melaksanakan kewajibannya.

3) Keanggotaan seseorang dalam organisasi karena adanya dorongan minat terhadap tujuan organisasi tersebut. Dalam organisasi, anggota dapat mengembangkan dan menyalurkan keinginannya.

4) Program kerja disesuaikan dengan tujuan organisasi tersebut. Organisasi sosial akan membuat program kerja yang bertujuan untuk memberikan layanan sosial dan kepuasan sosial. Misalnya organisasi ekonomi (perusahaan) akan membuat program kerja untuk mencapai keuntungan maksimal.

5) Keanggotaan organisasi pada umumnya tercatat dengan daftar keanggotaan. Hal ini akan sangat memudahkan untuk mengatur jalannya organisasi.

6) Organisasi mempunyai sifat relatif langgeng sesuai dengan keberadaan organisasi itu. Walaupun sifatnya langgeng tetapi keanggotaannya memiliki ikatan yang relatif longgar, artinya ketika seorang anggota sudah tidak cocok bergabung dengan organisasi, maka ia dapat keluar dari organisasi tersebut.

b. Tata hubungan dalam organisasi sosial

Dalam sebuah organisasi, antaranggota terjadi hubungan sosial. Hubungan ini sangat penting untuk melaksanakan jalannya organisasi. Sistem manajemen yang handal dalam organisasi berhubungan erat dengan tata hubungan struktur organisasi. Tata hubungan tersebut agar dapat berlangsung dengan baik dibutuhkan syarat-syarat sebagai berikut:

1) Ada ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial, yang dapat diterima oleh anggota kelompok.

2) Adanya pola tingkah laku yang standar dan menjadi pedoman tingkah laku anggota.

3) Ada otoritas atau kekuasaan yang dapat memaksa tata hubungan sosial anggota.

4) Ada pengaturan dan penyusunan individu-individu dalam kelompok dan lapisan sosial tertentu untuk memudahkan koordinasi.

5) Anggota-anggota yang berada pada berbagai bidang dapat bekerjasama secara harmonis dan nyaman (favourable).

c. Tipe-tipe organisasi sosial

Organisasi sosial dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

1) Organisasi formal

Organisasi formal mempunyai pembatasan kewenangan dan tanggung jawab serta sistem kerja yang jelas dan tegas. Tujuan organisasi formal adalah untuk mencapai ketentuan resmi yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Untuk mencapi tujuan tersebut diperlukan kedisiplinan dari para anggotanya. Hubungan kerja para anggotanya diatur secara formal dalam batas kewenangan yang jelas dan tegas.

Pemimpin organisasi mempunyai kewenangan untuk menerapkan peraturan organisasi sesuai dengan status/ kedudukannya. Contoh organisasi formal yaitu kelurahan, perusahaan, koperasi, dan sebagainya.

Ciri-ciri organisasi formal, yaitu:

a) pola komunitas relatif mapan,

b) disiplin kerja diatur secara formal,

c) pengorganisasian jelas,

d) ada keahlian tertentu, dan

e) tujuan organisasi jelas.

2) Organisasi informal

Organisasi informal tidak memiliki struktur kerja yang didasarkan atas ketentuan resmi. Organisasi informal dalam mencapai tujuannya didasarkan atas hubungan pribadi antaranggotanya.

Jalannya roda organisasi informal ditentukan oleh kesadaran anggotanya yang tidak terpengaruh oleh jabatan struktural. Organisasi ini dapat dilakukan di mana saja tanpa perlu tempat khusus yang resmi (tidak memerlukan kantor). Ciri-ciri organisasi informal, yaitu:

a) hubungan sosial bersifat informal,

b) jumlah anggotanya relatif kecil,

c) pembentukan organisasi atas dasar kepentingan bersama,

d) disiplin kerja didasarkan atas kesadaran pribadi bukan pada aturan yang memaksa, dan

e) adanya kegemaran anggota yang relatif sama di luar organisasi.

Contoh organisasi informal yaitu Kelompok Rukun Tani, paguyuban kesenian daerah, dan sebagainya.

Daftar Pustaka
Raharjo, Puji. 2009. Sosiologi 2: untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar