Sistem Klasifikasi Kota

Candi Ijo Yogyakarta
Gambar. Candi Ijo di kota budaya, Yogyakarta.

Pada halaman ini kita akan mempelajari tentang Sistem klasifikasi kota menurut beberapa ahli dan pengklasifikasian lainnya.

A. Sistem klasifikasi kota menurut Taylor

Dalam mengklasifikasi kota, Taylor mempertimbangkan dinamika fungsional dari kota itu sendiri.

a. Tahap awal atau infantil, belum terlihat jelas perbedaannya antara kawasan hunian/permukiman dengan kawasan perdagangan, antara permukiman kelas atas (elit) denga kelas bawah.

b. Tahap muda atau juvenil, sudah mulai adanya pengelompokan perdagangan, misalnya kompleks ruko atau pertokoan. Pabrik dan perumahan elit sudah mulai muncul.

c. Tahap dewasa, sudah mulai ada gejala pemisahan fungsi-fungsi seperti permukiman elit dengan menengah kebawah.

d. Tahap ketuaan ditandai dengan menurunnya kesejahteraan penduduk, adanya kesenjangan sosial dan terhentinya perkembangan. Kehidupan Industri telah dibangun.

B. Sistem klasifikasi kota menurut Houston

Houston melakukan klasifikasi kota berdasarkan karakteristik pertumbuhannya, yakni:

a. Stadium pembentukan inti kota merupakan tahap pembentukan CBD (Central Bussines District) dimana bangunan yang berfungsi sebagai kegiatan ekonomi sudah mulai dibangun.

b. Stadium formatif merupakan tahap dimana industri besar-besar berkembang pesat dan teknologi sudah masuk ke berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan, transportasi, perdagangan dan komunikasi. Stadium ini mulai terlihat pada abad ke-19 dimana terjadi revolusi industri di eropa.

c. Stadium modern ditandai adanya kemajuan dibidang elektronika, yakni pada abad ke-20. Transportasi dan komunikasi sudah maju.

C. Sistem klasifikasi kota menurut Lewis Mumford

Lewis Mumford mengklasifikasikan kota kedalam enam fase, yakni:

a. Fase eopolis ditandai adanya kemajuan di kehidupan masyarakatnya meski mata pencaharian utamanya adalah pertanian, perkebunan dan perikanan.

b. Fase polis ditandai adanya pasar-pasar besar sebagai tempat berkegiatan ekonomi. Pabrik pun mulai dibangun.

c. Fase metropolis ditandai dengan semakin besarnya perkotaan sehingga fungsionalitasnya ikut mempengaruhi keadaan perkotaan kecil dan daerah dibelakangnya.

d. Fase megapolis ditandai dengan munculnya sikap materialistis yakni sebuah kecenderungan bersikap mementingkan materi. Pada produk ekonominya, kualitas lebih diutamakan dan kerajinan tangan sudah mulai ditinggalkan.

e. Fase tiranipolis ditandai dengan berubahnya budaya masyarakat yang lebih mementingkan penampilan yang tampak secara fisik, uang/materi serta ketidakacuhan mengenai segala aspek kehidupan mewarnai tingkah laku masyarakat.

f. Fase nekropolis merupakan tahap dimana kota akan mengalami sebuah kemunduran misalnya kemunduran pelayanan masyarakatnya, kemunduran fungsi-fungsinya serta menunjukan gejala kehancuran yang disebabkan adanya peperangan, kelaparan dan wabah penyakit.

D. Sistem klasifikasi kota menurut NR. Saxena

NR. Saxena mengklasifikasikan kota berdasarkan jumlah penduduknya, yakni:

a. Infant Town, dengan jumlah penduduk antara 5.000 sampai 10.000 jiwa.

b. Township, dengan jumlah penduduk antara 10.000 sampai 50.000 jiwa.

c. Town-City, dengan jumlah penduduk antara 100.000 sampai 1.000.000 jiwa.

Candi Ijo Yogyakarta
Gambar. Candi Ijo di kota budaya, Yogyakarta.

E. Sistem klasifikasi kota berdasarkan fungsinya

a. Kota pusat produksi merupakan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat produksi. Misalnya surabaya dan gresik.

b. Kota pusat perdagangan merupakan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan. Misalnya hongkong dan jakarta.

c. Kota pusat pemerintahan (Political Capital) merupakan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan dan ibu kota negara.

d. Kota pusat kebudayaan (Cultural Centre) merupakan kota yang memiliki fungsi sebagai pusat kebudayaan. Misalnya yogyakarta dan bali.

G. Sistem klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk

a. Megapolitan berpenduduk diatas 5 juta jiwa.

b. Metropolitan berpenduduk 1-5 juta jiwa.

c. Kota besar berpenduduk 500 ribu- 1 juta jiwa.

d. Kota sedang berpenduduk 100-500 ribu jiwa.

e. Kota kecil berpenduduk 20-100 ribu jiwa.

[color-box]Anjayani, Eni.2009. Geografi untuk Kelas XII SMA/MA. Klaten: PT.Cempaka Putih.
Endarto, Danang.2009.Geografi 3 untuk SMA/MA Kelas XII.Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Utoyo, Bambang.2009.Geografi 3 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: PT. Setia Purna Inves.[/color-box]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *