Pola Pemukiman Desa

Tipe pedesaan menurut Paul H. Landis
Gambar. Tipe pedesaan menurut Paul H. Landis (Sumber: Sabtanti Rahayu, hal. 52-53)

Pola Pemukinan Desa – Ada yang unik ketika kita melihat pemukiman di desa-desa. Kita bisa membandingkan antara pemukiman desa yang satu dengan yang lainnya, ternyata semuanya memiliki pola persebaran pemukiman yang berbeda-beda. Anda bisa melihatnya dengan mudah menggunakan google earth, cobalah.

Bila kita menelaah lebih dalam, ternyata pola pemukiman desa dipengaruhi oleh beberapa hal seperti bentuk wilayah, kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial. Desa yang berada di pinggir pantai memiliki pola pemukiman yang berbeda dengan desa yang berada di pegunungan. Begitu pula dengan desa yang ekonominya maju, pada umumnya desa yang seperti ini akan melakukan pembangunan rumah di sepanjang jalan utama desa. Pembagunan ini ditujukan untuk kegiatan ekonomi, misalnya membuat ruko atau toko. Lain halnya desa yang berekonomi tradisional. Desa yang seperti ini pada umumnya, pembangunan rumah ditujukan sebagai tempat tinggal sehingga pembangunannya tidak tergantung dengan jalan utama. Kalau dilihat dari satelit, maka terlihat wilayah kosongnya akan jauh lebih luas daripada rumahnya. Nah, wilayah kosong ini biasanya digunakan sebagai kebun atau halaman rumah (Baca juga: Unsur-Unsur Desa).

Terkait pola pemukiman desa ini, tiga tokoh yaitu Bintaro, N. Daljuni dan Paul H. Landis memberikan sejumlah gambaran kepada kita (Baca juga: Jenis-Jenis Desa).

Bintaro berpendapat bahwa pola pemukiman penduduk desa ada enam macam yakni:

a. Pola memanjang jalan merupakan pola permukiman yang biasa terjadi pada daerah datar yang terdapat sarana transportasi jalan raya yang menghubungkan satu tempat ke tempat lainnya. Masyarakat membandang pembangunan di pinggir jalan akan mempermudah perjalanan bila hendak pergi ke tempat lain. Selain itu pergerakan pendistribusian barang dan jasa juga relatif lebih mudah daripada di dalam perkampungan.

b. Pola memanjang sungai merupakan pola permukiman yang biasa terjadi pada daerah pinggir sungai. Pada umumnya, permukiman ini terjadi karena peran sungai tersebut dipandang penting bagi kehidupan penduduk, misalnya sebagai sarana transportasi, ekonomi atau perternakan ikan.

c. Pola memanjang pantai merupakan pola permukiman yang dilakukan oleh para nelayan di daerah pesisir pantai dimana penduduknya sangat bergantung dengan hasil dari menangkap ikan di laut.

d. Pola memanjang pantai dan sejajar jalan kereta api merupakan pola permukiman yang biasanya dilakukan oleh penduduk yang punya profesi ganda yakni sebagian ada yang sebagai nelayan dan ada juga yang sebagai pedagang.

e. Pola radial merupakan pola permukiman yang terjadi di lereng gunung merapi. Biasanya mereka tinggal di pinggir-pinggir sungai yang bermuara dari gunung berapi.

f. Pola tersebar merupakan pola permukiman yang terjadi di daerah yang tingkat kesuburan tanahnya berbeda-beda.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini.

Pola permukiman penduduk desa oleh Bintaro
Gambar. Pola permukiman penduduk desa oleh Bintaro (Sumber: Sabtanti Rahayu, hal.50-52)

Sedangkan N. Daljuni berpendapat bahwa pola pemukiman desa ada empat macam yakni:

a. Pola desa linier merupakan pola permukiman yang sejejar mengikuti jalan maupun alur sungai. Pola seperti ini umumnya terjadi pada daerah dataran rendah.

b. Pola desa yang memanjang mengikuti garis pantai terjadi umumnya pada kehidupan para nelayan.

c. Pola desa terpusat terjadi pada daerah pegunungan. Ada sesuatu yang menarik di penduduk dengan pola ini dimana biasanya dalam satu kampung masih terikat dalam satu hubungan kekerabatan.

d. Pola desa yang mengelilingi fasilitas tertentu terjadi pada daerah dataran rendah yang memiliki fasilatas umum misalnya mata air, balai desa dll.

Nah agar lebih jelasnya, perhatikanlah gambar di bawah ini.

Pola permukiman penduduk desa oleh N. Daljuni
Gambar. Pola permukiman penduduk desa oleh N. Daljuni (Sumber: Sabtanti Rahayu, hal.52-53)

Paul H. Landis berpendapat bahwa pola pemukiman desa ada empat macam yakni:

a. The Farum Village Type merupakan pola permukiman penduduk yang mengumpul dimana disekelilingnya terdapat lahan pertanian.

b. The Nebulous Farm Type merupakan pola pemukiman desa yang mengumpul dimana disekelilingnya terdapat lahan pertanian. Oleh karena jumlah penduduknya meningkat, maka sebagian ada yang tinggal di luar desa.

c. The Arranged Isolated Farm Type merupakan pola pemukiman desa yang sangat dekat dengan jalan utama desa dan dekat dengan pusat perdagangan. Desa akan dikelilingi oleh lahan pertanian dengan jarak antar rumah pun tidak terlalu jauh.

d. The Pure Isolated Type merupakan pola pemukiman desa yang berpencar-pencar dengan disertai lahan pertaniannya masing-masing. Penduduk pada desa ini akan berkumpul pada sebuah pusat perdagangan.

Nah agar lebih jelasnya, perhatikanlah gambar di bawah ini.

Tipe pedesaan menurut Paul H. Landis
Gambar. Tipe pedesaan menurut Paul H. Landis (Sumber: Sabtanti Rahayu, hal. 52-53)

[color-box]Endarto, Danang.2009.Geografi 3 untuk SMA/MA Kelas XII.Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Rahayu, Saptanti dkk.2009.Nuansa Geografi 3 : untuk SMA / MA Kelas XII.Surakarta: PT. Widya Duta Grafika.
Utoyo, Bambang.2009.Geografi 3 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial.Jakarta:PT. Setia Purna Inves.
Waluya, Bagja.2009.Memahami Geografi 3 SMA/MA : Untuk Kelas XII, Semester 1 dan 2 Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung:PT. Armico.[/color-box]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *