Penerapan Sosiologi dalam Kelompok Pendidik

Penerapan Sosiologi Dalam Kelompok Pendidik
Penerapan Sosiologi Dalam Kelompok Pendidik

Penerapan Sosiologi dalam Kelompok Pendidik – Lingkungan pendidik sebenarnya bukan hanya mencakup sekolah saja karena sekolah hanya menyelenggarakan pendidikan formal.

Kelompok pendidik di sini akan dibatasi pada guru yang mengajar di sekolah, yang diharapkan menciptakan suatu suasana yang sangat mendorong motivasi dan keberhasilan studi anak didiknya.

Penerapan Sosiologi dalam Kelompok Pendidik

Pada sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan awal, seperti taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah lanjutan tingkat pertama, peranan guru sangat besar dan bahkan dominan.

Baca juga: Sosiologi terapan

Dengan demikian, hasil kegiatan guru tersebut akan tampak nyata pada pergaulan siswanya atau bahkan dapat dilihat dari kadar motivasi dan keberhasilan studi pada taraf tersebut, yang mempunyai pengaruh sangat besar pada tahap-tahap pendidikan selanjutnya.

Keadaan berubah setelah anak (yang sudah menjadi remaja) memasuki sekolah lanjutan tingkat atas (SMA). Peranan guru di dalam membentuk dan mengubah perilaku anak didik dibatasi dengan peranan anak didik itu sendiri di dalam membentuk dan mengubah perilakunya. Sudah tentu bahwa guru masih tetap berperan di dalam hal mendidik anak didiknya agar mempunyai motivasi yang besar untuk menyelesaikan studinya dengan benar dan baik.

Setidak-tidaknya itulah yang menjadi peranan yang sangat diharapkan dari guru di tingkat SMA. Pada tahap ini, kepribadian para siswa yang terdiri atas para remaja yang sudah mempunyai sikap tertentu terhadap gurunya mulai terbentuk menuju kemandirian.

Oleh karena itu, para remaja mulai mengkritik keadaan sekolah yang kadang-kadang tidak memuaskan baginya. Lazimnya kritik tersebut dilancarkan terhadap hal-hal sebagai berikut.

Guru-guru yang terlampau tua (konservatif) masih mengembangkan favoritisme terhadap murid-murid dan hanya melakukan tugas mengajar sebagai pekerjaan rutin yang tidak berkembang. Kesenjangan pada usia yang terlalu jauh mengakibatkan sosialisasi kurang terjalin dengan baik karena antara siswa dan gurunya memiliki banyak perbedaan pandangan.

Kebanyakan guru tidak mau mencari penyerasian nilai dengan anak didik, tetapi cenderung senantiasa membenarkan nilai-nilai yang dianut golongan tua. Dengan kata lain, adanya internalisasi nilai-nilai yang dilakukan guru terhadap siswanya.

Baca juga: Penerapan Sosiologi dalam Keluarga

Mata pelajaran yang diajarkan kebanyakan merupakan mata pelajaran wajib sehingga tidak ada peluang untuk mengembangkan bakat. Sekolah bukanlah penjara yang membatasi kebebasan anak, tetapi merupakan lembaga sosial tempat anak melakukan sosialisasi dari nilai-nilai dan hal-hal yang tidak didapatkannya di rumah (dalam keluarga).

Berikan pelajaran tambahan yang dapat menyalurkan minat dan bakatnya agar siswa memperoleh keterampilan-keterampilan yang berguna bagi bekalnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Di dalam proses belajar mengajar, lebih banyak digunakan metode ceramah sehingga kemungkinan mengadakan diskusi dengan guru sedikit sekali. Hal ini berarti membatasi interaksi siswa dengan gurunya karena aksi yang diberikan guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk meresponsnya, siswa hanya melakukan interaksi pasif. Kurangnya interaksi dapat menghambat perkembangan kepribadiannya.

Kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk ikut serta mengelola sekolah hampir-hampir tidak diberikan. Padahal kesempatan ini sangat baik dalam rangka melatih siswa menghargai nilai kebendaan (fungsi sekolah) yang diserasikan dengan nilai konservatif dalam memelihara sekolahnya. Selain itu, juga dapat melatih siswa dalam kehidupan berorganisasi serta mengembangkan perannya pada lembaga-lembaga sosial seperti sekolah.

Baca juga: Penerapan Sosiologi dalam Kelompok Bermain

Jarak antara guru dan siswa dipelihara sedemikian rupa sehingga yang lazim adalah hubungan yang dilakukan secara formal. Adanya pemisahan jarak ini dapat mengurangi relasi-relasi sosial antara superordinat dengan subordinat yang dapat menyebabkan jarak sosial semakin tinggi dan menggambarkan adanya kekurangpentingan bersama.

Melalui berbagai kritikan tersebut diharapkan adanya perbaikan pada lembaga sekolah dalam rangka mengembangkan wawasan para siswa dalam menerapkan pengetahuan sosiologinya. Terlebih lagi, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan, tetapi lebih dari itu sebagai tempat pewarisan nilai-nilai yang dapat membekali siswanya untuk mempersiapkan diri terjun ke lingkungan yang lebih kompleks, yaitu masyarakat.

Daftar Pustaka
Waluya, Bagja. 2009. Sosiologi 1 Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *