Golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah

Perbedaan Ahlussunnah dan Ahlul Fitnah
Gambar. Perbedaan Ahlussunnah dan Ahlul Fitnah (Sumber: kabarislamia.com)

Dimulai sejak meninggalnya Rasulullah saw sampai besok datangnya hari kiamat akan muncul berbagai macam fitnah. Fitnah ini akan menyebar dan menjangkiti umat Islam dalam permasalahan agama sehingga terbentuklah kelompok yang berbeda-beda sebanyak 73 golongan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

“Dan sesungguhnya umat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 di antaranya di dalam neraka, dan hanya satu di dalam surga yaitu al-Jama’ah”. (HR. Abu Dawud).

Dari hadist Rasulullah saw di atas diterangkan bahwa diantara 73 golongan hanya satu yang akan masuk ke dalam surga yaitu golongan ahlussunnah wal jama’ah. Pertanyaan kemudian muncul, siapakah golongan ahlussunnah wal jama’ah yang dimaksud oleh Rasulullah saw? Nah, pada halaman ini kita akan mempelajarinya.

Definisi Dan Sejarah Penamaan Ahlussunnah

Secara bahasa, kata Ahlussunnah wal Jama’ah terdiri dari tiga kata yaitu Ahl, as-Sunnah dan al-Jamâ’ah. Kata “Ahl” berarti kelompok, komunitas atau golongan. Seorang pakar bahasa, al-Imâm Ar-Raghib al-Ashbahani dalam Mufradât Alfâzh al-Qur’ân mengatakan bahwa penggunaan kata “Ahl” biasa dipakai pada perkumpulan beberapa orang yang mungkin disatukan oleh satu keturunan, satu agama, satu pekerjaan, satu rumah, satu negara atau perkumpulan apapun.

Kata “as-Sunnah” dalam tinjauan bahasa memiliki beberapa arti. Al-Imâm al-Fairuzabadi dalam al-Qâmûs al-Muhîth menuliskan beberapa arti dari kata “as-sunnah” diantaranya wajah atau muka (al-Wajh), bulatan wajah (Dâ-irah al-Wajh), bentuk wajah (Shûrah al-Wajh), kening (al-Jab-hah), perjalanan hidup (as-Sîrah), tabi’at (ath-Thabî’ah), jalan menuju Madinah dan hukum-hukum Allah. Kata as-Sunnah dalam pengertian syari’at juga memiliki ragam makna/definisi, diantaranya sejarah hidup Rasulullah atau kalau dalam hadist dapat dimaknai sebagai sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah mulai dari segala perkataannya, perbuatannya, ketetapannya, ataupun sifat-sifat pribadinya, baik sifat dalam makna gambaran fisik atau dalam makna akhlak-akhlak-nya.

Kata “al-Jamâ’ah” dalam tinjauan bahasa merupakan perkumpulan sesuatu yang terdiri dari tiga anggota atau lebih. Sedangkan dalam tinjauan syariat bisa memiliki banyak makna antara lain perkumpulan orang-orang Islam dibawah satu pemimpin atau seseorang yang sholat dengan cara mengikutkan sholatnya pada sholat orang lain dengan syarat-syarat atau rukun tertentu. Sehingga bila dimaknai secara istilah Ahlussunnah wal Jama’ah yaitu para sahabat Rasulullah saw dan orang-orang yang selalu berpegang teguh dalam mengikuti ajaran-ajaran mereka.

Banyak sekali kelompok-kelompok yang mengaku-ngaku sebagai kelompok ahlussunnah wal jama’ah. Tapi sebuah kebenaran itu tidak ada hubungannya dengan hanya sebuah pengakuan saja. Buktinya? orang Yahudi mengaku sebagai kelompok pilihan Allah dan kaum Nasrani mengaku sebagai kelompok anak-anak Allah. Apakah klaim mereka benar? tentu saja tidak karena faktanya ajaran mereka melenceng jauh dari tuntunan Rasullah saw.

Umat Islam kenal tentang sejarah kaum Khawarij, mereka adalah kaum yang bila dilihat dari luar tampak seperti orang yang ahli ibadah (alim) bahkan amalan sholat dan puasa kaum Khawarij jauh lebih banyak jumlahnya daripada para sahabat Rasulullah saw. Tapi mengapa Rasullah saw bila berjumpa dengan mereka justru ingin memeranginya? itu karena kaum Khawarij memiliki aqidah yang berbeda dengan ajaran Rasulullah dimana mereka mengkafirkan Ali bin Abi thalib karena menurut mereka Ali bin Abi Thalib tidak memberlakukan hukum Islam. Sudah menjadi ciri khas kaum Khawarij yang selalu hobi mengkafirkan umat Islam yang bukan dari golongan mereka. Mereka menganggap bahwa dalam lingkungan kecil sampai dalam ruang lingkup besar seperti negara apabila tidak menerapkan hukum Islam, maka dihakimi sebagai orang kafir.

Nah, untuk itu sebuah klaim sebagai pengikut Al Qur’an dan Sunnah atau kelompok tertentu yang ngaku-ngaku sebagai golongan Ahlussunnah wal jama’ah tidak bisa mutlak dibenarkan. Terlebih jika mereka menyimpang dalam masalah aqidah.

Perbedaan Ahlussunnah dan Ahlul Fitnah
Gambar. Perbedaan Ahlussunnah dan Ahlul Fitnah (Sumber: kabarislamia.com)

Golongan Ahlussunnah wal Jama’ah memiliki ciri khas tersendiri yaitu golongan yang mayoritas (bukan golongan sempalan) karena Rasulullah sendiri pernah menjelaskan bahwa Allah tidak akan membiarkan umat Islam berkumpul dalam suatu kesesatan.

Ibnu Majah meriwayatkan dari Anas ibn Malik bahwa ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:

“إن أمتي لا تجتمع على ضـلالة ، فإذا رأيتم اختلافا فعليكم بالسـواد الأعظم “

“Sesungguhnya ummatku tidak akan bersatu atas suatu kesesatan, jadi jika kalian melihat adanya perpecahan bergabunglah dengan jumlah yang mayoritas diantara mereka”.

Hadist lain menjelaskan, At-Turmudzi meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda:

“إن الله لا يجمع أمتي” أو قال: “أمة محمد على ضلالة ، ويد الله مع الجماعة ، ومن شذ شذ إلى النار “

“Sesungguhnya Allah tidak akan mempersatukan ummat-Ku di atas kesesatan, Allah senantiasa melindungi al Jama’ah (kelompok mayoritas) dan barang siapa memisahkan diri (dari yang mayoritas) maka ia akan terpisah di neraka”.

Imam Ahmad juga meriwayatkan dalam Musnad-nya bahwa dari Abu Dzarr secara marfu”, Rasulullah saw bersabda:

” اثنان خيـر من واحد وثلاث خيـر من اثنين وأربعة خيـر من ثلاثة ، فعليكم بالجماعة فإن الله عز وجل لن يجمع أمتي إلا على هدى “

“Dua orang lebih selamat dari jika orang sendirian, tiga orang lebih baik dari dua orang dan empat orang lebih baik dari tiga jadi tetaplah bersatu dengan al Jama’ah karena Allah tidak akan menyatukan ummat-ku kecuali di atas petunjuk dan kebenaran”.

Kebenaran ijma’ terkait perkara ini juga telah dijelaskan oleh ulama-ulama besar seperti Imam Syafi’i, as-Subki, ath-Thahawi, al Khathib al Baghdadi, Ibnu Amiir al Hajj dan sebagainya. Sehingga darisini kita bisa mengetahui bahwa umat Islam yang akan selamat adalah umat Islam yang mayoritas dimana selalu berpegang teguh kepada pemahaman yang benar terhadap Al Qur’an dan Sunnah serta mengikuti jejak para sahabat, para alim dan ulama secara turun-temurun dengan riwayat keilmuan yang jelas hingga saat ini. Ini sekaligus juga menepis klaim golongan baru dalam Islam yang telah berpisah dari jama’ah kemudian gencar menebar isu bid’ah-bid’ah dan pengkafiran di kalangan masyarakat.

Pos terkait